Chapter 12.2 | The Hiding Truth

33K 2K 243
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

***

"Aku sudah melihatmu, Ane.. Saat kau bercermin di depan kaca," bisik Zean dengan suara rendah. Aneira sontak membulatkan matanya tak percaya. Tidak mungkin. Ia merasa ditampar keras karena ucapan lelaki itu.

Bayangan tentang Zean yang melihat wajah aslinya membuat ketenangan Aneira langsung buyar. Jejak - jejak keringat dingin membasahi pelipisnya. Aneira benar - benar gugup, penyamarannya telah terbongkar di hadapan Zean. Hal apa lagi yang bisa Aneira pikirkan di saat terdesak untuk menyelamatkan dirinya dari keadaan ini selain dengan membalik situasi.

"Sepertinya.. Menguntit wanita memang menjadi kebiasaanmu," cemooh Aneira tidak benar - benar serius.

"Katakan padaku, apa keuntungan yang kau dapat dengan melakukan hal seperti ini? Aku tidak mengerti, kau pria yang berpendidikan, tapi kenapa-sikapmu rendahan sekali?"

Zean menghela napas, masa bodoh. Dia semakin menekan dadanya ke depan, menghimpit tubuh Aneira lebih dekat lagi, "jangan mengalihkan pembicaraan Ane!" suaranya tegas tak terbantah.

"Aku bilang aku sudah melihatmu, jadi untuk apa kau masih berusaha menutupinya? Tidak ada lagi yang tersisa untuk kau sembunyikan sekarang."

Aneira meneguk salivanya kesulitan. Nafas wanita itu tercekat di tenggorokan. Seharusnya dia tahu kalau berurusan dengan Zean artinya malapetaka bagi kebebasannya. Lelaki itu sungguh keras kepala dan suka menuntut.

"Lepaskan!" suruh Zean hampir tanpa suara. Ia masih memagari tubuh Aneira dengan kedua tangannya yang posesif.

"Kau mau apa jika aku menolak?"

Zean mengernyih. Mendengar penolakan itu membuatnya terdorong untuk mengikis habis jarak di antara mereka. "Maka, kau akan mendapati aku yang melepaskannya untukmu."

Sementara itu, pikiran Aneira berpendar liar kemana - mana karena ancaman Zean terlalu ambigu menurutnya.

"Tapi aku tidak akan pernah mengizinkanmu melakukannya," tolak Aneira tegas.

"Of course, you should not allow it. Because I don't need that either," lalu tanpa diduga Zean menyingkirkan handuk yang menutupi wajahnya dan melemparkannya asal ke lantai hingga Aneira memekik terkejut dengan mata yang terbuka lebar. Dia merinding ketika mendapati seringai misterius terbit di bibir pria itu.

Di detik berikutnya, tanpa permisi tangan Zean sudah bergerak menjajaki setiap inci kulit leher Aneira. "Tidak, hentikan kegilaan ini sekarang juga Zean!" tangannya terangkat berani menahan jemari kokoh itu, agar ia menghentikan akses dari aktivitas Zean berkelana lebih jauh.

"Hanya, diam Ane...," respon Zean tak acuh.

Lelaki itu kembali bergerak di permukaan kulitnya tanpa menghiraukan sorot meronta dari mata Aneira. Hingga jemari Zean menyentuh sesuatu di sana, yang membuat Aneira sontak diam seribu bahasa dengan mulut yang terkatup rapat.

My Beast Charming✅Onde histórias criam vida. Descubra agora