Chapter 48 | Familiar

18.2K 1K 73
                                    

Happy Reading

Aneira tak kuasa menahan senyum yang mengembang di bibirnya, ketika dia sudah duduk nyaman di kursinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aneira tak kuasa menahan senyum yang mengembang di bibirnya, ketika dia sudah duduk nyaman di kursinya. Ia juga sangat sadar kekesalan Zean yang didasari perasaan cemburu sepertinya tidak akan reda dalam waktu dekat.

"Jadi kalian hanya pergi berdua?" Deverick bertanya, menoleh ke arah Aneira yang terhalang tubuh tegap Zean, dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Tentu saja. Dia pergi bersamaku. Apa itu membuatmu kecewa?" Nada suara Zean terganggu, mendahului jawaban Aneira yang sontak memilih diam ditatap dengan sorot mata memperingatkan Zean.

"Kecewa?" Deverick tertawa. "Yeah—kuakui, sedikit..." Ia seolah memancing kemarahan Zean lebih besar.

"Tapi jangan salah paham. Yang kumaksud, Aneira mungkin kesulitan jika kau tinggal sendiri. Kau tahu, penampilan albinonya seringkali menjadi pusat perhatian. Apalagi—Australia—tidak ada pengamanan di negara lain. Bisa jadi bahaya kalau tidak ada orang lain yang menjaganya."

Zean terkekeh sinis. "Kenapa kau begitu mencemaskannya? Tanpa kau beritahu, aku tidak akan pernah meninggalkan Ane sendiri. I always protect what's mine..., and sure with my own ways. Urus saja urusanmu sendiri. Aku tahu kau teman yang peduli padanya, tapi itu tidak perlu. Karena dia akan aman bersamaku."

Dev tersenyum lebar, memutar tatakan cangkirnya tanpa berniat meminum kopi itu. "Benar. Lagipula dia tunanganmu, aku melupakan itu. Baguslah.., ada kau. Aku juga punya urusan sendiri di sini."

Aneira memijit – mijit keningnya. Dua lelaki ini lebih parah dari anjing dan kucing yang tidak bisa akur.

Tinggal satu jam lagi penerbangan mereka, tapi kesabarannya masih harus diuji di detik – detik terakhir. Aneira berani bertaruh, ini akan menjadi penerbangan yang terasa paling lama dengan atmosfer tak bersahabat antara Zean dan Deverick, karena kehadiran lelaki itu di tengah – tengah mereka.

"Untuk keperluan apa kau di Aussie, Dev? Mengunjungi seorang teman.., atau—" kalimat Aneira terjeda. Ia melipat salah satu halaman majalah yang dibacanya sejenak lalu melanjutkan, "pekerjaan?"

"Hmm... Bagaimana aku menyebutnya? Pekerjaan antar teman lama. Dia memintaku datang langsung ke perkebunannya."

"Perkebunan apa?"

"Perkebunan anggur. Dia ingin menawarkan kesepakatan baru."

Aneira terbelalak. "Serius? Memangnya bisnis apa yang kau jalankan?"

Deverick menyeringai jenaka sebelum menyilangkan kakinya dan bersandar pada punggung kursi. "Brand anggurnya adalah pemasok terbesar di klubku. Aku tidak bisa kehilangan pengunjung saat stok di sana mulai habis."

"Ah... begitu," balas Aneira. Ia tersenyum kaku, sadar akan kemarahan Zean.

Dan seharusnya dia memang harus mengakhiri percakapan mereka saat itu juga, jika Deverick bisa sedikit pengertian dengan tidak kembali membuka suara. Terlebih Aneira bukanlah tipe orang yang bisa mengabaikan orang lain begitu saja.

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now