Chapter 34 | Checkmate!

18.3K 1.3K 54
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Butuh waktu berapa lama untukmu berpikir?" pertanyaan seseorang menyela. Seakan geram melihat keterdiaman Aneira yang tak kunjung membuka mulut.

Aneira yakin belum pernah mengenal suara itu sebelumnya. Dia berbalik, mengikuti rasa penasarannya dan menatap ke arah yang sama dengan pandangan Nathalie ketika suara bariton itu terdengar bersamaan dengan derit pintu kamar yang dibuka.

"Lihat! Dia hanya diam saja. Berarti jelas.., tidak ada pernikahan. Untuk apa resepsi? Kau masih berpikir gadis seperti itu pantas menikah dengan putramu?"

Terlihat lelaki jangkung bertubuh kurus dan berusia hampir memasuki 90 tahunan berdiri di hadapan Aneira, wajahnya yang sudah menua dibingkai dengan kacamata rantai dari emas.

Aneira menahan keterkejutannya. Sapaan Mikael Archer––Grandpa Zean, yang bernada dingin dan sarkas membuat kerutan halus memenuhi volume kening gadis itu.

"Aneira pantas. Naluri seorang ibu tidak pernah salah. Aku tahu sejak pertama kali melihatnya, dia gadis yang sempurna untuk bersanding dengan Zean." Lengan Nathalie merangkul pundak Aneira, dengan jelas memperlihatkan pada ayah mertuanya bahwa ia berada di team Ane. Mereka berdua terlihat sangat akrab. Mikael mengeluarkan dengusan tidak suka.

"Mungkin dia hanya terlalu terkejut. Aku memang memberitahunya mendadak. Pernikahan adalah sesuatu yang harus dipikirkan secara matang, papa tahu benar itu."

"Tidak Nathalie. Kali ini insting keibuanmu salah. Mereka hanya sedang bermain – main. Hubungan sex tanpa komitmen."

"Astaga, papa!" Nathalie langsung membentak. Manik mata kelabu Aneira membelalak tak percaya.

Tuduhan miring yang Mikael katakan sudah benar – benar keterlaluan. Bagaimana bisa pria tua itu sembarangan memberi cap jalang padanya? Aneira tidak terima. Seruan marah Nathalie yang lebih dulu membelanya membuat niat Aneira yang sudah akan memprotes pada Mikael tertunda.

"Pikirkan bagaimana perasaan Aneira karena ucapan papa. Kasar sekali! Dia pasti tersinggung. Kenapa papa bersikap aneh hari ini? Setidaknya beri sambutan hangat untuk calon cucu menantumu."

"Cucu menantu?" Mikael tertawa sarat ejekan. "Aku tidak pernah menerima gadis albino ini sebagai calon istri Zean," cetus Mikael. Memilih tetap berkeras hati.

"Sepertinya kau dan Al hanya mau mendengarkan Stella. Setelah kepergiannya, kalian bahkan memutuskan semuanya sendiri dan tidak memerlukan pendapatku lagi."

Nathalie membuang napas dengan berlebihan. Memang benar. Sebagai orang tua, mendiang nenek Zean adalah panutan terbaik. Stella memiliki pemikiran yang jauh lebih terbuka dibandingkan Mikael dan selalu mengambil keputusan secara objektif dalam menyelesaikan masalah apapun dalam keluarga mereka. Berbeda dengan Mikael yang pada dasarnya kaku dan keras kepala.

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now