Chapter 36 | Piece of Secrets

20.7K 1.2K 134
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Aku tidak tahu kau masih ada di dalam." Kegugupan yang Aneira sembunyikan terdengar jelas dari suaranya begitu ia menggeser pintu kamar mandi.

Aneira bingung harus bersikap seperti apa, padahal ini bukan pertama kalinya ia melihat pemandangan yang sama. Aneira merasa aneh, hari ini ia tidak seperti dirinya yang biasa.

Zean sedang melilitkan bathrobe ke tubuhnya usai membersihkan diri ketika Aneira tiba – tiba masuk dan terpaku di tempat selama beberapa detik. Nyawanya belum terkumpul. Dada telanjang itu mengintip dari celah jubah. Aneira menatap Zean dengan canggung. Bermacam – macam perasaan berkecamuk di pikirannya.

Hubungan mereka sudah berbeda sekarang. Pengakuan cinta lelaki itu kemarin malam membuat Aneira jadi lebih sering tersipu.

"Masuklah.. Aku hampir selesai." Zean berkata tenang sambil meratakan krim di sekitar rahangnya yang mulai ditumbuhi jambang tipis sebelum mengambil alat pencukur dari rak.

Aneira berdeham serak. "Kau belum berangkat ternyata. Kupikir sekarang sudah terlalu siang untuk pergi ke kantor," ucap Aneira perlahan mulai membawa langkahnya masuk ke dalam dan berhenti di depan cermin hingga bayangan mereka yang berdiri bersisian muncul di sana.

"Aku terlalu suka piyama tidurmu, itu yang membuatku jadi malas bangun," kekeh Zean.

Aneira berdecak kesal, merasakan kedua pipinya bersemu. Godaan Zean membuat kegugupan Aneira makin bertambah. Ia meletakkan tutup pasta gigi dan menoleh.

"Jadi kau menyalahkanku?"

Masih sambil tertawa, Zean kembali menerawang penampilan Aneira. Memang benar, wanita itu sedang memakai baju tidur kebesaran milik Zean yang atasannya sepanjang paha dan celana dengan bagian bawah yang harus ia lipat beberapa kali, membuat Aneira tampak menggemaskan di mata Zean.

"Aku bahkan tidak menggodamu. Kau yang harusnya bisa menahan diri. Aku tidak akan menanggung akibat jika perusahaanmu bangkrut karena kau sering membolos."

Zean memenjarakan kepala Aneira di antara kedua lengannya yang bertengger di pundak dan terkekeh. "Bangkrut? Sepuluh turunan kita tidak mungkin kelaparan hanya karena aku menghabiskan waktu bersamamu."

"Oh! Kau membuatku merinding." Aneira mencubit perut Zean, pura – pura tak mendengar rintihannya dan tetap mendorong tubuh lelaki itu hingga bergeser beberapa senti. Aneira kembali menggosok gigi dan sesekali tersenyum memikirkan betapa angkuh Zean dengan kekayaannya yang tak berseri.

Jemari Aneira dengan lihai memasang kancing demi kancing kemeja Zean meski ia sedikit risih karena lengan jantan Zean tidak pernah lepas memeluk pinggangnya. Lelaki itu menulis sebuah kata dengan ujung jari, huruf demi huruf di punggung Aneira. Bermain tebak – tebakan. Aneira menggeliat geli. "Oke oke... Aku tahu, amour?"

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now