Chapter 44.2 | Key Moment

15.6K 1K 67
                                    

Happy Reading

***

Zean terbangun di tengah malam dengan ujung rambut yang melekat di dahi akibat air kompres

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zean terbangun di tengah malam dengan ujung rambut yang melekat di dahi akibat air kompres. Ia menoleh dan menemukan Aneira tidur di sebelahnya. Bernapas halus dengan posisi miring. Lampu kamar masih menyala, sepertinya Aneira lupa untuk mematikan.

Dilihatnya bantal wanita itu hampir merosot jatuh, namun kepala Aneira menindih setengah bagian lainnya. Selimut mereka juga tidak Aneira pakai, melainkan diberikan pada Zean sementara tangannya terlihat memegang lipatan handuk.

"Aku banyak merepotkanmu ya..." Zean menarik simpul di bibirnya. Tersenyum kecil sembari bergerak membenarkan letak bantal Aneira dan mengambil handuk tersebut dari tangannya. Diletakkan kembali pada baskom.

Lalu ia memindahkan selimut ke tubuh Aneira, menjejakkan kaki di lantai dan berjalan dengan mengandalkan sedikit tenaganya. Wajah Aneira terlihat kelelahan. Zean tidak ingin membangunkannya. Sejak tadi Aneira merawat Zean dengan telaten hingga lupa memperhatikan dirinya sendiri.

Zean berdiri di samping bufet. Menoleh dari bahunya untuk memastikan Aneira tidak melihat ke arahnya. Wanita itu benar – benar tertidur pulas. Zean segera mengulurkan tangan dan memutar kunci penggerak di bagian belakang mainan robotnya. Yang kemudian membuat rak buku setinggi dua meter di kiri Zean terbelah menjadi dua dan tembok putih di balik itu juga terbuka layaknya sebuah pintu rahasia.

Zean menghilang di dalam sana. Jalan masuk kembali tertutup. Ruangan itu gelap dan kedap cahaya. Hanya terdapat beberapa lampu pengaman yang bersinar kemerahan. Di ujung terlihat meja kayu yang menampung alat – alat fotografi seperti kamera, developer, kertas foto dan klise film dengan tali panjang menjuntai yang digunakan untuk mengeringkan hasil cetak.

Semua wajah – wajah itu... adalah Aneira. Dari ratusan foto yang Zean kumpulkan sejak delapan tahun penuh. Dan gambar terakhir yang Zean ambil, ketika Aneira menerima gelar sarjananya saat wisuda.

Zean mengangkat kertas foto itu dari nampan larutan khusus, kemudian menggantungnya dengan pinset bersama jajaran foto – foto yang lain. Aneira terlihat cantik di semua bidikan yang ia ambil. Ceria dengan tawanya yang bersinar – sinar.

"Kau membuatku takut Ane..." Zean mengangkat sebelah tangannya, meraba wajah Aneira dalam foto. Diembuskan napasnya dengan gusar seraya mengusap dahi.

"Aku tidak bisa kehilanganmu untuk yang kedua kali. Berkata jujur dan menerima kebencianmu—aku tidak bisa mengambil resiko sebesar itu."

Cukup bagi Zean memikirkan kemungkinan terburuk saat nyawa Aneira hampir tidak dapat terselamatkan setelah kecelakaan itu. Dan sekarang hanya membayangkan Aneira akan pergi lagi dari hidupnya karena dia berbohong tentang masa lalu wanita itu, membuat Zean benar – benar putus asa dan tidak memiliki pilihan kecuali bertindak egois.

Semua memang berawal dari satu kesalahan.

***

"Tempat apa ini? Banyak sekali orang," tanya Aneira dengan polosnya ketika pemandangan di luar jendela mobil Zean memperlihatkan sebuah gedung megah yang terletak di Edmonton.

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now