Prolog

72.5K 5.1K 120
                                    

“Begitu balik nanti, Gisa yakin mau nikah sama Kakak?”

Lounge bandara. Di antara meja-meja penuh cangkir kopi isntan, brownis, dan manusia-manusia yang tak henti-hentinya melirik arloji.

Agisa—gadis mungil berponi dalam balutan jumpsuit hijau itu tertunduk mengamati boarding pass bertujuan New York. Bukan lantaran takut, tetapi tak kuat beradu pandang dengan mata tenang milik Ragadi Tungga Putra. Lelaki tegap yang berjejak mengantongi tangan di depannya.

“Yakin,” jawab gadis itu, percaya diri. Berbanding terbalik dengan sikap malu-malunya. “Sejak awal Gisa pilih Kak Gadi. Papa-mama apalagi. Abang dan Mbak Zoya juga.”

Agisa mendongak. Lewat sela poni, ia coba memindai mimik Gadi. Anggukan kecil bersamaan dengan sebuah tepukan di punggung tangan Gisa terima kemudian. Belum ada yang bisa dia simpulkan dari anggukan sederhana itu. Respons Gadi masih rabun. Meski topik tentang pernikahan sudah mereka bicarakan bersama keluarga besar, tapi ini kali perdana keduanya saling meminta pendapat pribadi.

“InshaAllah Kakak juga yakin sama Gisa.”

Bibir Gisa melengkungkan senyum bulan sabit. Lega dan haru. “M-makasih.”

“Enggak. Kakak yang harus bilang makasih untuk rasa percaya dan amanah ini.” Gadi  memegang ujung jemari Gisa. “Gisa jaga diri di sana. Fokus ke ujian akhir. Kakak tunggu Gisa balik.”

Anggukan. Lalu tepukan di puncak kepala. Pelukan singkat. Berpisah demi goal akhir: menjadi Nyonya Ragadi.






_____

Mainstream. Tentang nikah2. Suka, baca. Nggak suka, close. Simple. Judul belum pasti. Bisa berubah sewaktu2. Cover juga. Kalau ada yg mau nyumbang judul, bisa. Aplg kasih cover yg lucu.
#ProyekBangkitinMoodRusak

Decision!Where stories live. Discover now