Chapter 6

23.9K 3.3K 148
                                    

Agisa menepati janjinya. Pagi-pagi sekali, gadis itu sudah berada di teras rumah calon mertua. Cukup empat kali ketukan, Mr Gula-Gula yang beberapa hari lagi akan menjadi suami Gisa, membuka pintu.

Agisa langsung berjumpa dengan cobaan pertama pagi ini: Ragadi tanpa atribut formal. Hanya celana selutut, singlet Puma. Titik-titik keringat menggantung di beberapa area. Sepertinya baru menyelesaikan lari beberapa putaran.

Untuk kali perdana, Gadi begitu manusiawi tanpa kemeja-kemeja membosankannya itu. Jujur, dia terlihat yummy-women will absolutely understand the meaning of this phrases.

"Ke sini sama siapa? Kakak baru mau bawa pulang mobil Gisa."

Kemarin, Gisa memang meninggalkan mobilnya karena Gadi yang mengantarkan mereka ke tempat fitting.

"Sama Pak Bayu, Kok"

Thank's untuk topik yang mengembalikan kejernihan otak Gisa.

Gadi melebarkan pintu, memberi akses pada Agisa. "Sudah sarapan?" tanyanya setelah wanita itu masuk.

"Sudah-kalau badan kamu yang yummy itu bisa dikategorikan sebagai sarapan."

"Masih bisa tampung omelete? Kakak baru saja bikin tiga porsi."

Oh, please. Agisa harap, Gadi berhenti menunjukan bakat-bakat family man-nya. Bukan apa-apa, tidak ada lagi tempat untuk menampung cinta Gisa yang meluap-luap untuk laki-laki itu. Kalau Gadi ngotot, Agisa yakin membutuhkan belasan kontainer untuk mewadahi perasaan ini.

"Gisa kenyang. Gisa temanin Kak Gadi sama Ibu sarapan aja"

Gadi menyerah membujuk. Mereka menuju ruang makan. Agisa jaga agar matanya tidak lancang beredar. Sebenarnya, ingin sekali dia melihat-lihat bagaimana bentuk rumah yang nantinya akan sering dia sambangi setelah menjadi Nyonya Gadi. Tapi, dari arah pintu keluar dapur, terdengar suara Ibu Daniyah. Gisa jadi waspada. Jangan sampai mata jelalatannya kembali disalahartikan Ibu Daniyah.

"Gad?"

"Ya, Bu?"

"Kita ke pasar, yuk. Ibu mau nyetok kulkas buat makan siang. Agisa mau ke sini, jangan sampai kita kasih makan dia telur asin. Bisa nangis anak orang."

Wajah Agisa cemberut. Gadi tertawa lalu mengacaukan puncak kepala gadis itu.

Ibu Daniyah tentu tidak menyadari kehadarin Gisa. Dia sedang memberi makan burung di belakang sementara Agisa dan Gadi di ruang makan.

"Gisa udah biasa makan telur asin, kok, Bu!" sahut Agisa. Mengagetkan Ibu Daniyah. Kepala wanita itu menyembul dari bingkai pintu.

"Oalah, si cengeng sudah datang, toh, Gad?"

Gisa abaikan komentar wanita itu. "Si cengeng juga sebulan lagi jadi mantu ibu loh." Sangat berbeda dengan kemarin, hari ini mood Agisa begitu baik. Dia mengulurkan tangan untuk menyalami Daniyah, tapi serta merta wanita itu menepisnya.

"Jangan baper! Tangan Ibu kotor. Ada kotoran burung. Jangan disalamin dulu." Cepat, wanita itu mengklarifikasi. Dia bahkan menunjuk telapak tangannya.
Agisa nyengir. Sementara Gadi mulai memakan sarapannya sambil menikmati interaksi itu. Lega rasanya melihat Agisa kembali ceria.

Decision!Where stories live. Discover now