Chapter 11

21.3K 3.1K 203
                                    

Kalian Malming di mana?
Selamat maksiat ya!
jan lupa mandi junub. Udah mau puasa.
Haha
Tapi kalau blh jan terlalu aneh2 lah. Nanti muka cepet tua kalau grepe-grepe mulu sama lawan jenis. Selain itu juga dosa. haha (Komentar sentimen dari jomlo)
Gue anak rumahan, btw.
Abis apdet ini mau rekap data pembeli, terus nonton.

Selamat membaca!

***


Masa leha-leha telah tamat.

Sudah waktunya title Agisa diaplikasikan. Tak tanggung-tanggung, dua minggu ini, Agisa resmi bekerja di PT. Syahfana-salah satu bagian dari BaraCrop.

Sewaktu lulus kuliah, salah satu company tempat Agisa magang menawarkan jasa kerja selama dua tahun. Karena berpikir, keluarganya punya ladang bisnis sendiri, Agisa tak terlalu membutuhkan pengalaman kerja juga CV yang bagus untuk pengganjal. Dia bisa memulai kapan pun dia mau tanpa perlu banyak mengumpul poin kelayakan.

Agisa tidak munafik, jika orang lain lebih idealis ingin berdiri sendiri, dia malah menikmati sajian kemudahan yang ada. Keluarganya memiliki empat perusahaan. Kenapa dia harus banting tulang di tempat lain? Toh, tidak ada perlakuan khusus selama dia bekerja. Dia tetap mengikuti serangkaian prosedur yang berlaku.

Imbas dari kesibukan baru Agisa menjadi karyawan adalah berkurangnya waktu menunggu Gadi. Biasanya, selama Gadi ngantor, Agisa bisa terdampar di satu mall ke mall lain. Bioskop satu ke bisokop lain. Cofee shop satu ke restoran lain, sekadar mengisi waktu. Kini, dia harus pintar-pintar memanage waktu. Siang hari, dia dan Gadi janjian lunch di suatu tempat, lalu berpisah dan bertemu lagi sore atau malam.

Kadang, Gadi bahkan tiba di rumah lebih dulu dan Agisa begitu menikmati wajah cemberut suami yang mengeluhkan soal kesibukannya. Tapi, tentu saja ada bayaran setimpal untuk itu semua. Yang tentunya tak jauh-jauh dari ritual pengantin baru.

"Ketemuan di basement yah? Mau ngomong sesuatu," ujar Gadi di antara kasak-kusuk suara di belakang. Agisa sampai harus supermerapatkan ponsel ke kuping karena tak bisa menangkap omongan Gadi.

Hari ini, keduanya tak sengaja berada di mall yang sama, meeting lepas. Hanya berbeda restoran.

"Oke. Gisa hampir selesai nih."

"Kakak sudah di basement. Butuh dijemput?"

"Enggak usah. Btw..., kok deg-degan ya? Emangnya mau ngomong apa? Kayak orang pacaran aja."

Gadi terkekeh di sana. "Nanti saja Kakak bilang."

Mereka bertemu di basement mall. Lalu mengcancel jemputan supir untuk Agisa dan pulang bersamaan. Sepanjang perjalanan, Gisa tak henti-hentinya dibuat penasaran oleh Gadi. Bagaimana tidak, laki-laki itu terus tersenyum. Kadang, dia bahkan meraih tangan Gisa untuk mengecupnya.

Itu bukan jenis tatapan kode sewaktu Gadi menginginkan sesuatu. Itu mirip mata pria-pria yang tengah menyembunyikan rencana kejutan melamar pacarnya.

Tapi, mereka pasangan menikah!

Gisa jadi putus asa menebak.

"Jangan bilang mau ajak make out di mobil?" Mata Agisa menyipit. Dibuat-buat curiga. Tapi bibirnya melengkungkan senyum flirty.

Decision!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang