ɪ'ᴍ ᴏᴋ

17.9K 3.1K 123
                                    

Misa ngeliat pantulan dirinya di cermin. Tubuhnya udah terbalut sama sweater biru kebesaran lengkap dengan celana pendek putih sepaha. Misa bukan cewek yang suka pake baju lengan panjang dirumah, tapi hari ini pengecualian.

Misa benar benar kembali menjadi masa lalunya, menyakiti diri sendiri untuk menyalurkan rasa sakit. Hal yang Misa tinggalkan bertahun tahun lamanya karena dia udah nemuin sesuatu yang menurutnya bisa membangkitkan semangat hidupnya. Tentu saja itu Mas Doy.

Tapi hari ini Misa sadar kalo Doyoung emang ngga akan pernah cinta sama dia. Dan kegiatan itupun mulai dia lakuin lagi.

Kalau kalian kira masalah Misa sesimpel itu, kalian salah. Misa harus menanggung bertahun tahun hidupnya untuk bertingkah seolah dirinya biasa saja. Padahal dia tau, kehidupan rumah tangga orang tuanya tidak baik baik saja.

Pergi ke macau selama lebih dari sebulan, Misa tau betul kalau mereka ingin adu siapa yang lebih hebat dalam semuanya. Dan Misa sebenernya capek banget. Biasanya kalau ada apa apa Misa pasti cerita ke Doyoung. Tapi untuk masalah ini, dia milih mendem dalem dalem di hatinya.

Luka yang Misa goresin tadi masih basah, kali ini lebih panjang dari beberapa tahun yang lalu. Misa juga udah bersihin luka itu terus dia tutup pake perban. Selama ngga seorangpun ngangkat lengan sweaternya, dia yakin dia aman.



🌻🌻🌻



Kakinya melangkah menuruni tangga, keadaan meja makan sudah ramai. Ada Ayah, Ibu, Mas Doy, dan kekasihnya. Mereka tampak bahagia ya?

Apa Misa boleh merasakan kebahagiaan itu?

"Misa, sampai kapan mau berdiri disana? Ayo makan," panggil bunda dengan suara halusnya. Misa mengangguk kemudian lari turun menuju meja makan. Biasanya, Misa bakal duduk disampingnya Doyoung. Tapi hari ini kursi itu diisi oleh gadis lain.

Akhirnya Misa milih duduk di samping bundanya. Belum ada 5 menit dia duduk, suara bunda mengintrupsinya.

"Misa, gelasnya kurang. Bisa ambilin gelas lagi? bunda lagi asik ngobrol sama Sejeong. Iya kan, nak? haha" Bundanya Misa tertawa beberapa kali ketika berbicara dengan Sejeong, kekasih Doyoung.

Misa meringis, bahkan bundanya tidak pernah tertawa seperti itu ketika bersamanya. Ayahnya juga, tampak bahagia dengan kedatangan Sejeong. Ini terlihat seperti sebuah keluarga. Tentu tanpa Misa didalamnya.

Misa beranjak dari duduknya kemudian pergi ke dapur. Mengambil beberapa gelas kosong di lemari bawah.

Pikiran yang melayang bukanlah hal yang baik, Misa malah menjatuhkan beberapa gelas kaca itu dan berhasil menyadarkannya dari lamunannya sejak tadi.

Misa berjongkok untuk memunguti bilah kaca itu yang tanpa ia sadari malah melukai jarinya sendiri. Tolong, hatinya sakit sekali. Bahkan untuk merasakan rasa sakit di tempat lain saja ia tidak bisa.

"Misa!" seru Doyoung sambil lari ke arah Misa yang masih jongkok di bawah. Tatapannya menggambarkan betapa khawatirnya Doyoung sekarang.

Lelaki itu ikut berjongkok kemudian menjauhkan pecahan kaca itu dari tangan Misa. Ia genggam tangan kecil yang mulai meneteskan cairan kental itu, "Kok bisa gini?"

Misa ketawa kecil, "ngga apa mas, aku kurang hati hati aja kok" Misa baru aja mau narik tangannya tetapi lebih dahulu di tahan oleh Doyoung, "biar saya obatin, ya?"

Dan untuk pertama kalinya, Doyoung ngeliat Misa lepasin genggaman tangan mereka. Menolak tawaran Doyoung. Biasanya Doyoung-lah yang melakukan ini. Tapi hari ini. .

Senyum tipis tercetak jelas di wajah cantik itu, "ngga perlu, mas bawa aja gelas ini ke ruang makan. Aku bisa obatin sendiri"

Too Late [✔]Where stories live. Discover now