ᴡᴏᴜʟᴅ ᴜ

15.9K 2.8K 39
                                    

"Mas Doy pulang aja sana, Misa biar aku sama Jaemin yang tungguin." Kara kasian lihat Doyoung, dia berantakan banget. Udah ngga mandi dua hari pula dia, makan juga ngga teratur. Semuanya cuma karena Misa.

"Nanti Misa bangun saya ga disampingnya gimana?"

"Mas, percaya sama kita. Kalo Misa bangun, kita langsung nelpon" Kara nepuk bahunya Doyoung bikin lelaki itu menghela nafas kemudian mengangguk pelan.

Iya, dia harus percaya sama Kara dan Jaemin. Doyoung bangkit dari duduknya, tangannya masih menggenggam erat jemari Misa dan pandangannya tidak lepas dari gadis itu barang sedetikpun.

Sebuah kecupan mendarat di kening Misa, Doyoung nyalurin semua kekuatannya ke Misa. Ingin gadis itu cepat sadar dan kembali bersamanya lagi.

"Saya pulang sebentar ya," ucapnya sebelum benar-benar melepaskan genggaman tangan mereka dan pergi meninggalkan ruang rawat inap itu.

Doyoung buka pintu kamar itu dan sedikit terkejut karena menemukan seseorang tengah berdiri di depannya. Orang itu mundur sedikit dengan wajah gelagapan, seperti orang tertangkap basah.

"Kau-" Doyoung berusaha mengingat dimana dia pernah melihat orang dihadapannya ini.

Orang itu berusaha tersenyum, "bisa kita bicara sebentar?" Doyoung memicingkan matanya sebelum mengiyakan dan berjalan menuju taman rumah sakit bersama.


🌻🌻🌻


"Hyunjin, Hwang Hyunjin" orang itu mengulurkan tangannya yang dibalas oleh Doyoung. Doyoung menatap Hyunjin yang juga menggunakan pakaian rumah sakit, entah kenapa dia baru menyadarinya sekarang.

"Ada apa?"

Hyunjin tersenyum tipis, "aku mau minta maaf,"

Doyoung mengerutkan alisnya, "untuk?"

"Membuat Misa celaka."

Doyoung masih tidak mengerti dengan ucapan lelaki di hadapannya ini. Membuat Misa celaka? bukankah ini kecelakaan yang melibatkan keduanya?

"Aku tidak masalah jika setelah ini kau mau membunuhku, tapi dengar. Aku minta maaf karena hendak membunuhnya."

Doyoung menggeram, sedetik kemudian kerah kemeja rumah sakit itu sudah ia tarik. Matanya merah menunjukan bahwa ia marah dan hendak menangis. Gila.

"APA MASALAHMU?"

"Maaf.." Hyunjin terkekeh pelan, air matanya meleleh, dia baru saja bangun dari tidur singkatnya dan rasa bersalah-lah yang menyeruak di dirinya. Hyunjin tidak apa jika hari ini menjadi hari terakhir di hidupnya asal permintaan maafnya diterima oleh orang orang terdekat Misa. Apalagi orang dihadapannya ini yang ia gunakan untuk menipu gadis manis itu.

"Dia menyadarkanku tentang sesuatu," lirih Hyunjin, cengkraman di kerahnya mengendur. "tidak semuanya bisa kita miliki di dunia ini. Termasuk cinta. Dan aku adalah lelaki paling bodoh karena telah terobsesi pada gadis yang membawa hal buruk bagi kehidupanku."

"beritau saya, kenapa kamu melakukan ini?" Doyoung melepas cengkraman itu, Misanya sedewasa itu?

"Aku telah mengatakannya tadi, karena obsesiku pada seorang gadis, membawa hal buruk bagi kehidupanku."

"Apa ini murni idemu?" Doyoung tampak ingin menggali lebih dalam, ia akan selesaikan semua masalah yang berkaitan dengan gadisnya.

Hyunjin menggeleng kemudian tertawa pelan, "kekasihmu ikut dalam hal ini." mata lelaki itu membulat, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Maksudmu, Sejeong?"

"Ya, kami bersekongkol untuk melakukan ini semua. Dia yang memberiku ide untuk melakukannya,"

Tangan Doyoung mengepal kencang, ternyata gadis itu sama sekali tidak berubah. Biarkan lelaki itu selesaikan semua ini sekarang.

Doyoung baru saja hendak pergi sebelum sebuah kalimat keluar lagi dari bibir tebal lelaki itu dan menghentikan langkahnya.

"Mina, dia otaknya."

Too Late [✔]Where stories live. Discover now