ʏᴏᴜ

18.5K 3.1K 329
                                    

Misa baru aja mau naik keatas motor Mark sampai tubuhnya malah ditarik kebelakang dan menubruk dada seseorang.

Misa noleh dan dapetin Doyoung lagi berdiri di belakangnya. Wajahnya udah datar banget bikin Misa natep Doyoung takut, sekaligus bingung, kenapa lelaki itu ada disini?

"Mas kok disini?" tanya Misa mencicit. Takut Doyoung marah, iya, Doyoung udah larang dia naik motor. Tapi tetep aja deh ini anak nakal.

"Saya mau nemenin kamu."

Kalimat itu bikin Misa yang tadinya menunduk mendongak, menatap Doyoung. Mark memicingkan matanya ngga suka, "Apaan sih, orang Misa juga pergi sama gue"

"Bicara yang sopan sama yang lebih tua." Doyoung udah gandeng tangannya Misa jalan ke mobilnya. Misa ngeliat Mark pake tatapan, nanti kita ketemu di panti asuhan sebelum akhirnya pasrah ditarik oleh Doyoung.

Mark mendengus, dia naik kemotornya terus make helmnya. Dia jalanin motornya ke panti asuhan ngikutin mobil Misa dari belakang.

Hal pertama yang menyambut Misa di panti asuhan itu tentu saja Renjun. Ini hari terakhir Misa menjadi sukarelawan disini, dan Renjun menjadi semakin manja setiap minggunya.

"Kakak, kangen!" serunya sambil ngedusel beberapa kali di perut Misa. Misa ketawa kecil terus dia kecup keningnya Renjun, "yuk masuk"

Renjun gandeng tangannya Misa sambil lari diikutin Misa dibelakangnya.

Doyoung ngeliatin Misa dari belakang, ngerasain banget yang namanya adem, sumpah. Doyoung ngga nyangka, anak kecil kayak Misa bisa seperhatian itu sama anak kecil lainnya.

"Gitu banget ngeliatnya," sindir Mark yang juga lagi natep Misa dari belakang. Duh, apa sekarang mereka udah bisa disebut rival? Karena semakin kesini, Doyoung semakin bingung dengan perasaannya pada Misa.

"Saya punya mata, terserah saya mau lihat Misa gimana. Lagian kamu siapa ngatur hidup saya" Doyoung masang wajah datar ke Mark.

Lelaki itu menyeringai, "Gue? ngga penting siapa gue. Yang jelas gue bisa bahagiain Misa pake cara gue sendiri, ngga kayak lo." tanpa menunggu balasan Doyoung langsung melangkahkan kakinya kedalam panti asuhan.

Doyoung mengepalkan tangannya,

"Saya bisa bahagiain Misa."



🌻🌻🌻



Seperti biasa hal pertama yang mereka lakukan di panti asuhan itu adalah melukis di ruang kesenian. Itu sudah menjadi jadwal hari itu tiap minggunya.

Misa lagi liatin semua anak-anak yang fokus melukis itu. Entah kenapa dia sedih banget, karena hari ini terakhir jadi sukarelawan disini. Soalnya kalo bukan hari ini lagi, jadwalnya pasti penuh.

Biasanya kalau Misa sedih, dengan melihat mereka aja rasanya bebannya mulai terangkat.

"Kakak!" Renjun meluk Misa dengan erat waktu gadis itu baru saja sampai di panti asuhan. Misa berlutut terus meluk Renjun erat, ngga tau kenapa, pengen aja.

Renjun ngelepas pelukan itu terus ngambil tangannya Misa, tapi belum ada dua detik anak kecil itu malah menangis.

Misa panik lah, dia gaada ngapain kok Injunnya nangis? akhirnya dia meluk Renjun lagi, nenangin dia. Tapi Renjunnya malah makin kenceng nangisnya. Jadinya Mark ikut turun tangan, dia ikut meluk Renjun eret.

"Injun kenapa nangis hm?" Mark ngusap rambutnya Renjun dari belakang. Lelaki kecil itu sesenggukan, "Kak Misa luka, Injun cedih, nda cuka"

Misa tertegun, sedetik kemudian tersenyum manis, "nggapapa Injun, ini kakak lukanya garagara kena jarum kok"

Renjun ngeliat Misa tangannya mengusap wajah cantik gadis itu, "benel?" Misa mengangguk dengan tatapan pasti, "ngga usah khawatir ya? sekarang ayo masuk, kita menggambar bareng."

Renjun ngangguk, terus dia malah ditarik duluan sama Jeno ninggalin Misa sama Mark diluar gedung panti itu.

Misa baru aja mau masuk tapi tangannya lebih dulu di tahan oleh Mark. Mark narik Misa mendekat terus ngeliatin tangannya, "ini kenapa?"

"Tadi kan aku udah kasi tau, kena jarum Mark" Misa mau ngelepasin genggaman tangan Mark tapi ditahan lebih erat oleh Mark.

"lo pikir gue bodoh?"

Mata Misa memerah, Mark menghela nafasnya, ia kecup luka itu lama kemudian mengusapnya, "jangan sakitin diri sendiri, kamu terlalu berharga buat aku."

Misa jadi sadar kalo dia masih punya seseorang yang mau sayang sama dia. Contohnya anak kecil itu. Haechan, Jeno, Chenle dan Jisung juga selalu menempel padanya. Kara, Jaemin dan jangan lupakan lelaki tampan bernama Mark itu.

Ah, rasanya Misa tidak ingin pergi dari sini. Dia ingin tinggal disini dan tidak pernah mendengar pertengkaran orang tuanya. Dan tentu saja, tidak melihat Doyoung, lelaki yang sedang belajar ia berhenti cintai.

Misa terlalu sibuk melamun sampai merasa tangannya di peluk dari samping. Gadis itu noleh dan nemuin Jeno lagi senyum ke arah dia, bahkan matanya sampai hilang.

"Kakak, ayo mamam. Dalitadi di panggil ibu panti"

Misa balik senyum terus ngangguk, dia gandeng tangannya Jeno terus jalan bareng anak itu ke ruang makan.

Daritadi juga Doyoung sama Mark ngekorin Misa terus. Seakan kalo Misa hilang sebentar saja dari pandangan mereka, keduanya akan panik.

Too Late [✔]Where stories live. Discover now