Abin dan Abil

1.1K 180 6
                                    

Sama-sama jadi anak satu-satunya di keluarga bikin Samudra Bintara dan Nabila Sesa Cantika jadi saling lengket satu sama lain sejak dari kecil.  Dimana ada Abil disitu ada Abin.

Abil yang manja dan super clingy nggak bisa lepas dari Abin yang sering kali berperan sebagai abang dalam hubungan mereka. Abin yang nggak pernah bosan buat nemenin Abil main. Abin yang selalu dengarin keluh kesah Abil. Abin yang nggak pernah keberatan buat ngelakuin apapun untuk Abil.

Kalau abil nangis, Abin ada disana buat menghibur Abil. Kalau Abil bete ada Abin yang bisa bikin Abil lupain masalahnya. Abin yang tau segala hal tentang Abil dan Abin yang paling ngertiin Abil.

"Abiiiiin, abil boleh masuk nggak?" Tanya Abil tepat di depan pintu kamar Abin sore itu.

Gadis berperawakan mungil dengan rambut panjang bergelombang itu mengintip malu-malu dari balik pintu yang sedikit terbuka. Padahal hampir tiap hari main di rumah Samudra, tapi yang namanya Nabila, selalu malu-malu kalau harus masuk ke kamar Samudra.

"Masuk aja Biiil," jawab Samudra yang masih sibuk di depan laptopnya, merangkum materi siaran untuk minggu depan.

Cowo itu tengah duduk di meja belajar, kaus oblong hitam dan celana pendek seadanya jadi outfit nyaman Samudra buat sore itu.

Nabila membuka pintu lebih lebar untuk masuk lalu duduk di pinggir ranjang Samudra. Tepat di belakangnya

"Abin lagi sibuk?" Tanyanya.

"Hm... kalo nanya gini pasti ada maunya nih,"terka Samudra kemudian berbalik memutar kursinya jadi menghadap ke Nabila

Ditatapnya Nabila lekat-lekat menunggu cewe itu bercerita soal keinginananya.

"Abin inget nggak kak Duta yang pernah Abil ceritain itu?" Tanya Nabila.

Samudra mengangguk, kedua alisnya refleks terangkat dengan bibir bertekuk,
"Masa nggak inget, Abil kan ceritain kak duta tiap hari,"

"Kenapa emang? Kak Duta ngisengin Abil lagi?" Tanyanya. Setiap kali Nabila ngomongin Duta, pasti nyeritain soal gimana isengnya kakak kelas mereka itu di sekolah.

"Hnggg.... enggak. Sebenernya kak Duta nggak sejahat itu Bin," ujar Nabila, tangannya meraih boneka kelinci putih di atas ranjang Samudra. Boneka dari Nabila di ulang tahun Samudra tahun lalu.

"Terus?" Tanya Samudra meminta lanjutan.

Nabila di tempatnya terlihat meragu. Tangannya memain-mainkan telinga boneka kelinci dipelukannya itu.

"Hm... itu looh biin, Abil kan pernah cerita sama Abin kalo Abil pengen belajar skate, nah kak Duta tuh anak skate Biiin,"

"Hm..? Terus?"

"Hari ini kak Duta latihan skate, dia bilang kalau Abil mau belajar dateng aja ke tempat latihannya. Tapi dia nggak bisa jemput soalnya latihannya udah dimulai" ujar Nabila menjelaskan.

Samudra mengagguk paham, kemudian tersenyum "Abil mau minta dianterin kesana?" Terkanya jadi gemas sendiri sama penjelasan Nabila yang terlalu bertele-tele.

"Hm..," Nabila mengangguk, "tadinya mau naik taxi sendiri aja tapi kata ibuk disuruh sama Abin, soalnya Abil nggak pernah naik taxi sendiri,"

"Yaudah Abin siap-siap dulu ya,"

💙🧡

Dari dulu yang namanya Nabila emang nggak bisa lepas dari Samudra. Sekalipun udah SMA dan punya banyak teman kaya sekarang, Nabila selalu bergantung sama Samudra.

Bukan kemauan Nabila, tapi lebih ke kebiasaan yang terus berulang dari kecil.  Ditambah lagi orang tua mereka yang selalu buat mereka terus berhubungan satu sama lain.

Kalau ada apa-apa dan Nabila nggak bisa ngelakuinnya sendiri, ibunya pasti bilang,

"Sama Abin aja sana, Abin pasti bisa,"

Kalau Nabila ingin pergi ke suatu tempat dan nggak ada yang bisa nemenin, ibu pasti maksa Nabila buat pergi bareng sama Samudra.

"Kamu sama Abin aja iih, kaya pinter  jalan sendiri aja? Kalau hilang gimana?"

Begitu juga sama orang tua Samudra yang mendidik Samudra buat jagain Nabila dari kecil. Samudra yang anak satu-satunya di keluarga bahkan di panggil abang dari kecil bikin Nabila dulu juga ikutan manggil Samudra abang dari kecil sampai SMP. Kebiasaan itu baru berubah waktu mereka dapet ejekan dari teman-teman di SMP.  Tapi tetap aja, dirumah Samudra adalah abang untuk Nabila.

"Bang, Bunda masak banyak nanti kamu jemput Abil ya suruh makan disini sama-sama,"

"Bang, Abil besok mau ke gramed tuh, kamu temenin ya dia nggak ada yang nganter soalnya,"

Pernah juga Samudra jadi harus dimarahi sama ibunya waktu Nabila nangis karena dikerjain sama temannya .

"Abang kamu disekolah nggak jagain Abil? Kok bisa roknya kena permen karet gitu?"

"Abang kan beda kelas Bun sama Abil, kata temennya Abil juga dia nggak sengaja naruh permen karet disitu," jawab Samudra.


Tapi dari semua itu, Samudra nggak pernah ngerasa terbebani sama sifat manjanya Nabila dan tanggung jawab yang dikasi orang tuanya buat dia. Dari kecil, selalu begitu. Samudra jadi terbiasa dengan semuanya dan menjadikan Nabila sebagai bagian dari dunianya.

Seperti, 90% kehidupan Abin adalah tentang Abil. Dan Abin nggak pernah keberatan soal itu.

"Abin nggak bosen apa harus selalu jagain Abil?" Tanya Nabila sore itu di depan halaman rumah Samudra ketika Samudra tengah mengikat tali sepatunya.

"Hm.... bosen sih. Makanya nanti pas kuliah Abin mau kuliah ke luar negri biar jauh sama yang namanya Nabila,"  jawab Samudra kemudian tersenyum mengejek ke arah Nabila.

Nabila mencibir, mulut kecilnya jadi manyun beberapa senti membuat ia makin keliatan imut.

"Dih bohong banget," katanya.

"Hahahaha udah tau gitu ngapain nanya?," balas Samudra lalu berdiri mengusap puncak kepala Nabila.

💙🧡

Jadi gimana ceritanya?

Jangan lupa voment 😘😘

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now