Ngobrol

865 168 41
                                    

Udah lama banget kan? Ya ampun wkwkwkw pada nungguin ga nih?

Lia menarik tangan Samudra, merasa menang karena Samudra lebih memilih dia dibanding Nabila.

Wait..? Tunggu? Ini nggak salah kan? kenapa dia harus senang dipilih sama Samudra? Padahalkan akan lebih mudah kalau Lia membiarkan Nabila membersihkan seragam Samudra.

Tanpa sadar Lia menggelengkan kepala, mencoba membersihkan pikirannya dan meyakinkan diri sendiri bahwa dia ngelakuin ini cuma karena ingin bertanggung jawab.

"Mbak kol.. ini saya mau dibawa kemana ya?" Ujar Samudra yang berjalan dibelakang Lia dengan tangan tertarik.

"Diem deh lo karung goni, nggak tau apa lo tuh berat banget?" Keluh Lia. Ya kebayang nggak sih Lia itu terhitung mungil untuk ukuran cewe dan harus menarik-narik Samudra yang tingginya nyaris sepintu.

"Ya.. mbak saya kan bisa jalan sendiri?" jawab Samudra kemudian terkekeh begitu Lia menoleh kehadapannya dengan tatapan sinis. Lia melepaskan genggaman tangannya begitu saja ditangan Samudra. Berusaha mengontrol muka juteknya agar terlihat biasa saja.

Salah tingkah nggak tuh?

"Kecuali mbak kol emang pengen pegang tangan saya terus-terusan niih pegang aja," kata Samudra dengan tampang sok polos menyodorkan tangannya kehadapan Lia.

Lia memelotot, menepis tangan Samudra dari hadapannya, "gue tampol ya lo lama-lama," ancamnya.

"Galak bener kaya Salsha biskuat," balas Samudra

Mendelik tidak perduli, Lia lalu berjalan mendahului Samudra yang masih belum puas menertawakannya. Nyebelin nggak sih?

Padahal waktu pertama kali ketemu anaknya canggung dan pemalu banget, tapi makin kesini makin keluar sifat nyebelinnya yang selalu bikin Lia gemas pengen nendang dia keluar dari Bumi.

Beberapa menit berjalan beriringan mereka berhenti di salah satu wastafel yang terletak didepan kamar mandi cewe. Lia berdiri tolak pinggang sambil mendongak ke arah Samudra.

"Buka baju lo," suruhnya nggak pake lemah lembut.

"Kok nantangin sih? Pengen liat?"

"Beneran gue tampol ya Sam?"

"Eeeh iya iya, ya ampun nggak sabaran banget," gerutu Samudra, kemudian membuka satu persatu kancing kemejanya hingga menyisakan kaos putih polos sebagai dalaman yang ia pakai.

"Kenapa siih lo pagi-pagi harus minum susu? Coklat lagi? Ini tuh nggak bakal bisa hilang kalau pake air doang," omel Lia menerima kemeja Samudra di tangannya.

"Lah mbak, itu nggak bakal kotor kalau mbak nggak nyerang saya tadi " jawab Samudra.

"Berhenti panggil mbak, gue buka mbak-mbak lo ya?" Protes Lia.

"Oke, sayang,"

"AN-"

"Astaghfirullaaah. Nggak boleh ngomong kasar, ayo ngucap dulu," potong Samudra menaruh telunjuknya ke depan muka Lia tanpa menyentuh cewe itu.

Lia mengehela napas, sepagi ini gula darahnya sudah naik sangat drastis gara-gara satu orang paling absurd yang nggak tahu diri ini.

Ia menutup matanya, berusaha mengontrol emosinya yang selalu ada diambang batas setiap kali berhadapan dengan Samudra.

"Di dalam tas gue ada facewash bisa tolong ambilin nggak?" Suruhnya dengan nada ketus, menghadap ke arah wastafel dan membelakangi Samudra.

"Facewash? Yang buat cuci muka?" Tanya Samudra kebingungan.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now