20 cm

781 150 17
                                    

Ini mungkin lucu atau terdengar terlalu mengada-ada, tapi mari kita bahas sesuatu yang mengada-ada ini.

Tentang Samudra yang tahu semuanya.

Semuanya yang bagaimana sih?

Semuanya tentang Nabila. Semuanya tak terkecuali soal maksud Nabila mendekati Duta yang hanya ingin menguji apakah Samudra akan merespon atau tidak? Apakah Samudra akan cemburu atau tidak? Dan apakah Samudra akan berubah dari yang hanya memperlakukannya selayaknya seorang adik menjadi lebih romansa selayaknya Samudra memperlakukan Lia.

Ya, Samudra jelas saja tau bahwa Nabila menaruh perasaan berlebih terhadapnya. Dia sangat peka, kalau kalian ingin tahu. Tapi tentu saja dalam berbagai hal, Samudra selalu berpura-pura untuk tidak peka.

Waktu itu sore di hari minggu. Samudra duduk berkutat di depan komputernya dengan berlembar-lembar kertas hvs berisi catatan naskah radio, saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Menampilkan Iqbaal yang memandang datar ke arah Samudra.

"Apaan?" Tanya Samudra acuh.

Iqbaal tidak langsung menjawab, ia duduk dipinggir tempat tidur Samudra sambil memainkan rubik yang ia ambil dari meja belajar Samudra. Ia hanya duduk, dan terdiam cukup lama seperti sedang merenung, menunggu Samudra untuk menoleh peduli padanya.

"Apaan sih lo? Nggak usah kaya anak perawan galau gitu dah, nggak pantes," celetuk Samudra saat ia memandang sekilas pada wajah murung temannya itu lewat kaca lemari disampingnya.

Samudra lantas berbalik arah, memutar mata jengah karena sikap Iqbaal yang suka minta diperhatikan ini.

"Kenapa lagi lo?" Tanyanya kemudian, kali ini menoleh sepenuhnya pada temannya sedari kecil itu

Iqbaal mungkin yang paling berisik diantara mereka. Tukang kerdus, tidak bisa diam dan menyebalkan minta ampun. Tapi ia juga adalah orang yang akan berpikir sangat panjang jika ada masalah. Jadi lebih pendiam, dan menutup diri rapat-rapat sebelum ada orang yang menanyakan lebih dulu.

Iqbaal mendesah, masih memainkan rubik ditangannya dengan asal.

"Lo tau nggak kalau Abil suka sama lo? Dalam artian suka karena dia mandang lo sebagai seorang laki-laki, bukan seorang teman masa kecil, atau saudara kaya selama ini selalu kita ucapin," tanya Iqbaal. Kepalanya makin menunduk, menatapi rubik ditangannya.

Dari yang sudah-sudah, persahabatan yang dibarengi rasa cinta hanya akan menjadi rumit hingga tak menemukan jalan lalu hilang begitu saja.

Samudra tampak tak terkejut dengan ucapan Iqbaal itu. Ia menghela napas, lalu berdiri untuk meraih jacketnya yang tergantung dibalik pintu kamarnya.

"Kita ngomong diluar aja. Takut bunda denger," ujarnya kemudian keluar lebih dulu.

Waktu itu sore dihari minggu. Sehabis hujan rinai disiang ahri yang menyisakan sedikit noda basah pada aspal jalanan. Iqbaal dan Samudra berjalan beriringan, lalu refleks melambatkan langkah saat melewati rumah Nabila yang tepat berada disebelah rumah Samudra. Pandangan mereka terpaku sebentar, memandangi rumah berlantai 2 dengan cat warna gading yang tidak pernah berubah dari dulu.

Selalu warna gading, dan selalu dijaga agar tetap sama seperri saat mereka kecil dulu.

Samudra bahkan masih sangat ingat kalau sebagaian besar hari minggunya di bulan april akan dihabiskan di pekarangan depan rumah Nabila sambil memainkan air keran dan kolam-kolaman karet milik Nabila. April, selalu lebih panas dari bulan lainnya. Dan mereka selalu meluangkan waktu untuk menikmati liburan ala mereka. Bermain air, meminum jus jeruk buatan mama lalu duduk menonton seharian didalam rumah sambil mengemil ice cream rasa blueberry buatan bunda Samudra.

Blue OrangeadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang