Samudera

715 141 79
                                    

Kangeeeeeeen !!!

Aku balik..

Ini part melankolis ter.. tidak dapat di deskripsikan yang pernah aku tulis.

Semoga kalian suka.

💙🧡

Samudra paham seberapa besar rasa persahabatan yang tumbuh antara ia, Nabila, Iqbaal dan Bastian. Banyak momen yang sudah mereka lalui bersama.

Bukan cuma sekedar momen-momen menyenangkan saat liburan, atau keseharian mereka saat main di rumah masing-masing. Tapi juga berbagai hal dalam masa-masa terendah yang mereka lewati bersama.

Mereka pernah ada dimasa tersulit Iqbaal, saat kakaknya pergi dari rumah. Atau masa bandelnya Bastian yang selalu berantem sama anak komplek sebelah. Atau setiap saat dimana Nabila merasa kesepian karena orang tuanya sibuk bekerja.

Mereka juga ada dimasa-masa sulit Samudra.

Samudra ingat semua.

Meski ia tidak pernah melewati fase kehidupan sesulit teman-temannya. Tapi kehadiran mereka yang selalu menemani Samudra adalah sebuah hal yang membuatnya bersyukur memiliki mereka.

Mungkin tidak bisa dijelaskan seberapa besar arti mereka bagi Samudra. Yang jelas Samudra selalu ingin menjaga mereka. Mereka semua termasuk Nabila.

Gadis itu berdiri di depan Samudra. Di depan gerbang utama rumahnya sambil menyandarkan punggungnya ke tembok gerbang.

Samudra menunduk, memandangi Nabila yang juga menunduk menghindari tatapan matanya.

"Apa serendah itu makna persahabatan kita buat Abil sampai hal kaya gitu harus diceritakan ke orang lain?" Tanyanya.

Cuma ada Samudra dan Nabila, berdua di depan rumah Nabila membahas soal omongan Nabila pada Lia waktu itu. Samudra tidak berniat menghakimi, atau menyudutkan Nabila hingga gadis itu merasa bersalah. Ia cuma ingin Nabila tahu kalau itu salah, dan mengintropeksi diri setelahnya.

"Abil cuma ngomong yang sebenarnya," bantah Nabila tak terima. Gadis itu tak mau menatap Samudra, kepalanya tertunduk dalam dengan kedua tangan terlipat kebelakang menjadi pembatas antara punggungnya dan tembok.

"Iya. Abin tau. Tapi apa yang pernah kita lakuin bukan hal serendah itu Bil. Itu bukan hal yang perlu kamu ceritakan cuma supaya orang ngerasa salah paham sama hubungan kita," mata sayu Samudra melembut menatap Nabila.

Samudra masih ingat omongan Bunda tentang rasa sayangnya buat Nabila dan rasa sayangnya untuk Lia. Sekarang ia paham kenapa Bunda memperingatinya soal itu.

Nabila juga punya hati. Ia juga punya perasaan yang sama kaya perasaan Samudra untuk Lia. Samudra mengerti itu. Ia tidak pernah ingin membuat Nabila membencinya atau merasa kehilangan.

Ia menyayangi Nabila. Dengan cara yang tidak bisa ia jelaskan.

Pemuda itu menghela napas panjang saat Nabila terlihat mengusap sudut matanya yang mulai berair.

Ia berjongkok dihadapan Nabila agar dapat menatap langsung wajah gadis itu.

"Abil.. Abin tuh selalu sayang sama Abil. Dan persahabatan kita nggak bisa dimaknai dengan apa yang ada dipikiran Abil," ujarnya. Selalu seperti sebagaimana Samudra yang tenang dan lembut.

Gadis itu mengusap air matanya, kini mencoba menatap Samudra dengan mata yang basah.

"Bin.. emang salah banget ya rasa Abil buat Abin? Abil juga kepikiran kok.. dan dengan cara Abin yang selalu ngasi dinding dihubungan kita ini, Abil jadi makin ngerasa kalau perasaan Abil itu emang sesalah itu. Abil selalu ngerasa bersalah, selalu ngerasa jadi orang jahat karenanya, tapi disatu sisi Abil selalu pengen perjuangin perasaan Abil. Kenapa orang lain boleh berjuang buat dapetin orang yang dia suka dan Abil enggak? Kenapa Abil dianggap orang jahat saat ngelakuin itu?" Lalu menangis tersedu hingga punggunya bergetar.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now