Debat Kusir

747 150 55
                                    


Belakang terlalu emo jadi aku mau ngasi part tambahan buat lucu-lucuan aja.

"POKOKNYA ABANG MAU PUNYA KENDARAAN. TITIK," ultimatum Samudra pagi itu didepan kedua orang tuanya.

Ini minggu pagi, dan anak satu-satunya itu sudah merengek dihadapan orang tuanya yang tampak acuh tak acuh. Bunda Samudra tengah menyiapkan sarapan sementara ayahnya duduk di meja makan dengan ipad besarnya. Main onet.

"Abang belum punya SIM. Emang bisa bawa apa? Sepeda family?" Ledek Bunda Samudra. Ia memotong sosis, lalu memasukkannya kedalam wajan berisi nasi goreng.

"Ituloh bang digarasi ada mobil," seru Ayahnya tanpa menoleh dari layar ipad dihadapannya.

Mata Samudra berbinar, sementara Bundanya memandang kebingungan.

"Buat abang yah?" Tanya Samudra penuh harap.

"Enggak. Mobil ayah tolong dicuciin,"

Rasanya Samudra pengen lempar ipad ayahnya sampai mental ke afrika.

"Emang fungsi abang punya kendaraan itu apasih? Biasanya juga jalan kaki ke sekolah bareng Abil. Kan lumayan olahraga sambil mengurangi polusi udara," ujar Ayah Samudra, matanya fokus memasangkan onet satu dengan onet lainnya.

Tuh onet aja punya pasangan masa Abang enggak?

"Ayahkan pernah muda. Waktu jaman ayah deketin bunda kalo kemana-kemana pake apa? Jalan kaki? Enggak kan?" Kata Samudra. Ia duduk tegap dihadapan ayahnya siap untuk mendebat.

Ayah Samudra mengangguk-angguk,
"Wah lucu tuh jalan kaki berdua bang. Tapi kan ayah udah kaya dari lahir, ya.. masa anak jendral ngapelin pacarnya pake jalan kaki?" Katanya.

"Nah itu ! masa abang anak ayah, ngapelin gebetan jalan kaki. Ayah ngerti kan?" Tuntut Samudra.

"Tapi ayah bukan jendral jadi abang wajar kalo jalan kaki," jawab ayahnya. Asli nyebelin.

"YAH SINI DEH ONETNYA MAU ABANG RENDANG," amuk Samudra.

Ayah Samudra tergelak. Puas banget ngerjain anak bongsornya itu.

"Nih bang, masakin ya. Ntar siang ayah mau makan pake rendang onet," katanya menyodorkan ipad kehadapan samudra kemudian berlalu dari sana.

"AYAAAAAHH !!"

"Abang..," tegur Bunda Samudra. Maksudnya biar anaknya ini nggak berisik pagi-pagi. Malu sama tetangga.

Sejak kejadian tadi pagi Samudra mogok segala-galanya. Mogok makan, mogok main, mogok bantuin ayah beresin halaman. Pokoknya semuanya. Anak satu-satunya yang manja minta ampun itu cuma ngurung diri dikamar. Main Handphone sambil ngemil cemilan yang ia simpan di lemari bukunya.

TETEP. YANG NAMANYA SAMUDRA MANA BISA MOGOK MAKAN.

Orang tua Samudra peduli nggak peduli sebenarnya. Udah biasa soalnya Samudra kesering begitu dari kecil. Karena sekarang udah gede jadi harus diajarin buat nggak pake acara ngambek terus dibujuk lagi. Biarin deh tuh anaknya mogok ntar kalo laper banget pasti bakalan baik sendiri. Gitu.

Di dalam kamar Samudra sibuk sendiri sama handphone, scroll instagram, liat twitter, liat grup anak komplek yang lagi rame rencanain liburan padahal masih lama, oh juga tentunya stalking-stalking tuan putri pemilik hati Samudra, Nicholia.

Tiap scroll foto di akun Lia selalu heboh sendiri.

"Cantiik,"

"Yaampun yang ini lucu,"

Blue OrangeadeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz