Ngobrol Lagi

786 152 60
                                    

Been a long time uuhuhuhu 😭😭

Ini part terpanjang yg pernah aku buat selama nulus di wattpad. Semoga worth it .

"Lo kenapa sih nggak pernah ngerasa keberatan tiap kali Nabila minta temenin jalan sama kak Duta? Emang lo ga ngerasa jadi nyamuk apa?" Tanya Lia pada Samudra yang berjalan tepat disebelahnya.

Tadi setelah dari Starbuck mereka mengajak Lia untuk gabung nonton film bareng. Lia setuju, selain karena setelah ini dia nggak punya kegiatan apapun Lia juga nggak tega lihat Samudra yang kaya kambing conge diantara Nabila dan Duta. Mereka berdua itu memang rajanya tega. Lia nggak paham sama jalan pikiran mereka.

Lia juga udah bilang sama mama dan bang Bernard kalau dia ketemu sama temannya dan milih buat jalan sama mereka. Mama nggak keberatan karena acara belanja bulanannya sudah selesai sedangkan bang Bernard sampai nyusulin Lia buat mastiin siapa teman yang Lia maksud. Bang Bernard bahkan sampai mengultimatum ke Duta dan Samudra supaya Lia pulang dengan selamat, sehat, utuh tanpa cela.

"Adek gue, jagain. Cuma satu yang begini," katanya menunjuk Duta dan Samudra bergantian sambil pamerin tato di tangannya.

Galak parah.

"Nggak juga sih, ya..kalo mereka sibuk berdua aku sibuk sama handphone. Main game, dengerin musik atau semacamnya. Nggak terlalu mikirin lah, soalnya kalo dipikirin banget ya berasa ngenesnya," jawab Samudra terlihat tak ambil pusing.

Perlu diketahui, mereka ngomong gini tepat di belakang orangnya langsung. Sambil bisik-bisik sih, nggak tau deh orang yang dimaksud dengar atau nggak. Lia sih berharapnya mereka dengar. Terutama Nabila!

"Lo orangnya cuek ya?" Tanya Lia, harus mendongak banyak untuk memperhatikan Samudra yang jauh lebih tinggi darinya.

"Nggak juga, masih cuekan kamu nggak sih? Kamu kaya nggak peduli orang-orang disekitar kamu kaya.. keep on walking when they keep talking about you gitu?"

"Keliatannya gitu ya?" Tanya Lia dengan nada yang rendah.

Samudra mengangguk, kemudian meminum americanonya walau kemudian jadi mengernyit dan menjauhkan minuman itu dari wajahnya.

"Sebenernya gue nggak gitu. Lo tau nggak sih kenapa temen gue cuma Syauqi doang? Nggak punya temen cewe atau squad gitu?"

"Hm.. kenapa memangnya? Karena kamu tomboy?" Tebak Samudra.

"Bukaan, karena gue emang orang yang susah bergaul dan susah percaya sama orang lain. Gue selalu mikirin kata-kata orang lain terhadap gue. Gue takut kalo mereka ngomongin gue dibelakang, atau ternyata gue nggak sesuai sama ekspetasi mereka dan mereka mulai nyebarin hal nggak bener soal gue. Makanya temen gue tuh cuma satu, Syauqi doang, soalnya emang cuma Syauqi yang bisa gue percaya," kata Lia. Wajahnya biasa saja, nada bicaranya juga tidak berubah, tapi Samudra seperti bisa merasakan ketakutan yang Lia rasakan dalam ucapannya itu.

"Kalau gitu yang salah mereka, bukan kamu. Jadi nggak usah takut atau nyalahin diri kamu sendiri,"

"Maunya, gue juga pengen jadi cewe yang ceria dan bebas mengekspresikan diri gue, tanpa takut akan penilaian orang. Kaya Nabila. Nabila tuh ceria kan? Gue perhatiin dia selalu jujur sama dirinya sendiri. Kalau dia ceria dia ungkapin. Mukanya langsung berbunga-bunga, kalau sedih dia nggak pernah nyembunyiin, dan kalau jatuh cinta dia nggak pernah coba buat mendem cintanya itu" ujar Lia. Omongan terakhir ditujukan untuk menohok dirinya sendiri.

"Kamu nangkepnya gitu?" Tanya Samudra. Matanya lekat memperhatikan punggung Nabila yang berjalan tepat di depannya. Punggung kecil milik seorang gadis yang tumbuh bersamanya. Tentang gadis itu, Samudra tau jauh lebih banyak dibanding yang orang lain bisa lihat. Terlalu banyak, mungkin.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now