Pulang Bareng

818 154 60
                                    

Haluuuuu, kalo typo koreksi yaw 😚

Ini hari ketiga semenjak motor Lia mogok dan tidak kunjung diperbaiki oleh Abangnya, Bernard dengan alasan sibuk. Klise banget kan? Rasanya Lia pengen lempar motor itu ke Abangnya saking kesalnya.

Nggak bawa kendaraan ke sekolah itu amat sangat ribet buat Lia.

Hari pertama, Lia harus menunggu sampai satu jam buat kakaknya itu jemput ia saat pulang sekolah, hari kedua Bernard nggak bisa jemput dan Lia terpaksa nungguin Syauqi yang hari itu lagi ada ekstrakulikuler. Dan hari ini, hari ini nasib Lia sangat amat tidak jelas karena Bernard sedang tugas keluar kota sedangkan Syauqi harus segera mengantar barang jualan kakaknya ke pengiriman barang dan nggak punya waktu buat mengantar Lia pulang. Cowo itu bahkan langsung melesat pergi begitu saja waktu bel pulang berdentang.

Disaat-saat kaya gini, Lia beneran ngerasa kalau jomblo itu nggak enak. Udah jomblo, nggak punya pergaulan. Kan jadi ribet sendiri karena nggak banyak orang yang bisa Lia mintai tolong.

Lia baru saja hendak menuruni tangga saat ia berpapasan dengan Samudra dan Nabila yang tengah berjalan bersamaan keluar dari kelasnya.

"Haaaai Koool," sapa Samudra dengan girangnya sementara disebelahnya, Nabila hanya melihat sekilas ke arah Lia.

Lia mendelik, menatap tak suka pada Nabila yang kok makin kesini kayanya makin nggak suka sama Lia?

"Mau langsung pulang atau mau jualan kol?" Tanya Samudra merapat ke arah Lia, membiarkan Nabila turun lebih dulu melewati anak tangga.

"Mau buang SAMpah sih, sini gue jinjing lo," jawab Lia sedikit berjinjit untuk menarik kerah kemeja Samudra.

"Eeeh eeh lepasin, ini di tangga ntar jatuh," Samudra panik, berusah menahan tangannya pada pagar pembatas tangga agar tidak jatuh.

Beneran deh Lia kalau udah ketemu Samudra jiwa bar-barnya langsung keluar.

"Ngomong Kol sekali lagi beneran gue buang lo ke Tong di depan," ancam Lia sebelum akhirnya benar-benar melepaskan gengamannya dari kerah baju Samudra.

"Iya ampun ampun," jawab Samudra memasang tampang sok memelas.

"Eh ngomong-ngomong gimana motornya? Masih belum diperbaiki ya?" Tanya Samudra.

Kemarin cowo itu sempet nemenin Lia disekolah sampai Syauqi beres eskul. Yah, senyebelinnya Samudra, dia tetep berguna sih. Jadi sekarang Lia nggak terlalu sewot lagi kalau anak itu mulai bertingkah dan gangguin dia. Juteknya juga udah mulai berkurang, malah kadang kalau Samudra bercanda Lia ikut nyautin hm...

"Belum, nih gue lagi bingung pulang pake apa," jawab Lia manyun.

"Jangan gitu dong mukanya, kan aku jadi pengen bawa kendaraan ke sekolah kalau gini," goda Samudra bikin Lia menoleh sinis kearahnya.

"Bacot bener. Anak bunda kaya lo bisa bawa apaan sih? Onta? Apa motor matic?"

"Yakali Liaaa bawa motor matic kaya monyet sircus yang ada kakiku kepanjangaaan,"

"Naaaah itu tau lo hahahhahahahaha ngakak, bongsor banget siih heran" Lia tertawa sampai kedua matanya menghilang, lalu memukul-mukul lengan Samudra saking gemasnya. Ya emang lucu banget sih cowo semampai kaya Samudra yang 75% tubuhnya adalah kaki, harus bawa motor matic yang feminim dan mungil itu.

"Hai kak Duta," suara Nabila di depan mereka terdengar nyaring buat Lia sontak berhenti tertawa dan menoleh ke arah depan. Bertemu pandang dengan Duta yang tengah melambai ke arah Nabila. Cowo itu tersenyum.

"Hai Nabila," balas Duta.

Yang disapa Nabila yang deg-degan Lia.

"Nah ini Lia, baru aja mau nyusulin ke kelas," seru Duta kemudian, menyadari keberadaan Lia dan Samudra yang berjalan persis satu anak tangga di belakang Nabila.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now