11. BBQ dan kekhwatiran

300 79 37
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Ramai. Satu kata yang menggambarkan suasana siang itu. Zinara bersama yang lainnya duduk di kursi tribun atas dekat pembatas dan tentunya memiliki tujuan untuk menyaksikan bagaimana seksinya Gibran saat melepas bajunya saat hendak masuk ke dalam kolam, mungkin Genta dalam pengecualian.

Sorak gemuruh saling bersahutan, rupanya Gibran adalah sosok yang paling diidolakan melihat berbagai poster penonton tertulis nama pemuda itu, terlebih gadis bernama lengkap Rianna Tan, sejak tadi tak pernah mau berhenti bersorak seolah tidak takut jika pita suaranya akan putus, entahlah mungkin bermaksud pamer bahwa dirinya kekasih Gibran.

Satu alasan mengapa Zinara senang saat menyaksikan perlombaan renang, tentu saja ia puas karena pandangannya disuguhkan dengan lekukan tubuh dari para atlet, meski sesekali Genta menegur sampai menutupi matanya dengan berkata.

"Lo tadi udah liat bahkan pegang punya gue, gak usah maruk."

Atau yang lebih tidak tahu diri...

"Tuh mata bisa difilter nggak. Gue cuma kasian ntar dosa lo nambah banyak liat begituan mulu."

Dan yang penuh percaya diri...

"Perasaan punya gue lebih kebentuk, apaan mereka masih rata begitu."

Tentu Zinara tidak terima, tetapi lucu juga melihat wajah menggemaskan Genta saat menegurnya. Rasanya ingin sekali dibawa ke pelaminan.

Masih dengan kehebohan yang tak terbendung, apalagi saat perlombaan dimulai dan para atlet masuk ke dalam kolam, para penonton dengan kompak bersorak memberi semangat untuk dukungannya.

Sesuai apa yang Anna bilang jika Gibran akan menang, hal itu terjadi kala atlet renang itu menjadi yang pertama mencapai tepi kolam. Lagi dan lagi Gibran menjadi juara. Memang sebutan penakluk air pantas disematkan pada Gibran.

Hal baik jika Gibran mendapatkan juara adalah pemuda itu akan mengadakan makan-makan yang mungkin lebih tepatnya ide dari sang Mama.

Hingga malam pun datang, Zinara dengan sepeda motor matic yang baru ia dapatkan dari sang Papa sore tadi berdiri gagah di depan gerbang rumah seberang. Sesekali membunyikan klakson agar orang yang ditunggu segera keluar.

"Sadar diri gak sih kalo lo ganggu banget!" sengit Agnes datang-datang langsung mencibir.

Zinara tanpa rasa bersalah menyengir kuda dan kembali membunyikan klakson. "Sadar dong makanya gue bunyiin," katanya bersemangat.

"Nara ih, berisik woi." Agnes memukul bahu Zinara kencang sampai si empu meringis sembari mengusap bahunya. "Tetangga protes baru nyaho lo," lanjutnya masih sinis.

"Itu kan emang tujuan gue biar tetangga pada liat motor baru gue," tuturnya seraya mengibaskan rambutnya yang dikuncir.

Agnes bergidik ngeri. "Sombong amat mbaknya. Munduran lo, biar gue aja yang bawa," pintanya berusaha mengambil alih stang.

Cuma Teman [TERBIT]Where stories live. Discover now