30. Luka

317 47 48
                                    

"Jika luka enggan mau dibagi, maka kuatkan diri untuk jatuh yang tiada henti."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Roda empat itu melintas masuk ke kawasan apartemen, bangunan yang menjulang tinggi bak pencakar langit. Genta menginjak rem kala mobil yang dikendarainya terparkir rapi di gadung parkir apartemen, ia membuka seatbelt lantas menoleh ke arah gadis di sampingnya yang menundukkan wajah.

"Nar," panggilnya.

Zinara terkesiap mengangkat wajah, mengembangkan seulas senyum tipis. "Udah nyampe, ya?" tanyanya seraya melihat sekeliling.

"Buka sabuknya," pinta Genta, namun pandangan Zinara masih terarah keluar.

Genta menghela nafas, sedikit menyondongkan tubuhnya ke samping. Tanpa Zinara duga, pemuda itu membuka seatbelt miliknya, membuat Zinara menoleh kaget.

"Eh dibukain," ucapnya cengengesan.

Satu sentilan mendarat mulus di kening Zinara, Genta rupanya gemar sekali melakukan hal serupa jika tengah geram. "Ngelamun mulu sih."

"Hehehe." Zinara menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, ikut memutar badan kala Genta melakukannya.

"Lo juga ngapain ngelamun?!" sentak Genta.

Oji selaku orang yang kedapatan tengah melamun jadi tersentak, terkesiap saat sadar. "Udah sampe?" tanyanya persis seperti Zinara.

Zinara mendengus. "Dih nggak kreatif nanyanya."

Genta membuka pintu mobil, segera keluar dari sana. "Cepet keluar, kita enggak tau gimana kondisi Bela," ucapnya mengingatkan.

Satu kalimat yang membuat gerakan tangan Zinara saat membuka pintu mobil tertahan. Ia tahu tujuan mereka jauh-jauh sampai tiba di apartemen Oji untuk mencari Bela, tapi tidak bisa kah Genta tidak melulu mengingatkan. Seolah pria itu lupa jika Zinara memiliki rasa lebih padanya, dia bisa saja kan bersikap egois. Mengklaim Genta untuk tetap tinggal bersamanya.

Oji akhirnya keluar, begitupun Zinara. Dengan dipimpin Oji, ketiganya melenggang masuk ke gedung apartemen dengan lobi luas nan megah.

Karena unit apartemen pemuda itu berada di lantai sembilan, mengharuskan mereka untuk naik lift. Tidak lucu jika menggunakan tangga, bisa-bisa kaki mereka copot kala sudah sampai.

"Lo yakin Bela ada di dalem?" tanya Genta. Jika dihitung dengan jari, mungkin hampir mencapai sepuluh pertanyaan seperti ini.

Cuma Teman [TERBIT]Where stories live. Discover now