7. Cuma teman

386 102 18
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Motor Kawasaki hitam itu memasuki kawasan komplek, namun gadis yang menjadi teman bocengannya tak kunjung bersuara sedari tadi. Genta, pemuda itu tidak keberatan dengan hal tersebut, hanya saja ia merasa ada yang kurang saja dengan Zinara yang mulutnya tak pernah mau pegal meski mengoceh terus-menerus kini diam.

Rumah berlantai dua dengan gerbang coklat menjadi garis finish kuda besi itu memberhentikan lajunya. Lagi dan lagi Zinara masih diam lengkap dengan wajah ditekuk, gadis itu membuka helm merah muda miliknya turun dari motor.

"Kenapa?" tanya Genta tidak tahan dengan rasa ingin tahu, ikut membuka helm lantas disimpan di atas tangki.

"Apa yang kenapa?" balas tanya Zinara cuek bebek.

Genta mengerutkan dahinya, tangan pemuda itu terulur menyentuh kening Zinara menggunakan punggung tangan. "Lo kesambet setan mana?"

Bibir Zinara mengerucut, menghentakkan tangan Genta tak berperasaan. "Lo kali yang kesambet," sahutnya masih setia dengan nada datar.

"Kalo gue buat salah bilangin, diemin bukan satu-satunya cara. Gue gak seajaib itu bisa baca pikiran lo," tuturnya membuat Zinara merasa tertohok.





Flashback on...

Zinara tak berniat beranjak dari duduknya, namun matanya terus curi-curi pandang pada Genta yang kini tengah duduk bersama gadis seumuran dengan mereka di kursi taman.

Gadis itu Bela, entah bagaimana bisa Bela berada di panti, namun mereka berdua tampak akrab terlihat dari cara pandang keduanya. Tidak tahu apa yang tengah mereka obrolkan, yang pasti Genta tak terlihat terganggu. Bahkan pemuda itu sempat tertawa, membuat Zinara merasa panas meski cuaca tak terlalu terik.

"Mereka kok kayak akrab sih?" gumamnya, namun ternyata masih bisa didengar oleh bocah perempuan disebelahnya.

"Mbak ayu cemburu ya liat Bang Genta sama Mbak baik berduaan?" goda gadis kecil itu.

Zinara sontak menoleh dengan kerutan di dahi. "Mbak baik?" beonya. "Maksud kamu cewek itu?"

Gadis kecil itu manggut-manggut. "Namanya Kak Bela, tapi kita suka panggil Mbak baik soalnya baik banget udah kayak malaikat aja."

"Dia sering ke sini?" Zinara memandang Bela dari jauh lantas menoleh pada gadis kecil itu lagi.

"Iya, Mbak. Mbak baik tuh sering kasi mainan buat Rara sama yang lainnya juga, suka masakin makanan buat kita, terus Mbak baik sering beliin baju sama sepatu juga, pokoknya baik banget deh," ceritanya sembari memainkan tangan boneka.

Bela sering ke panti? Sejak kapan? Mengapa setiap kali Zinara berkunjung tidak pernah sekalipun bertemu dengan Bela? Dan kenapa Bela seakrab itu dengan Genta padahal mereka baru saja kenal sebagai manager dan kapten basket saja?

Cuma Teman [TERBIT]Where stories live. Discover now