31. Genta's problem

292 54 62
                                    

"Ibaratnya hidup itu jalan raya, maka kerikil jalanan adalah masalah yang sering datang. Lewati saja karena hidup akan terus dan selalu berjalan."

Jika ada yang bilang jika tuhan tidak pernah adil memberi takdir, itu salah besar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika ada yang bilang jika tuhan tidak pernah adil memberi takdir, itu salah besar. Bukankah setiap hari kenikmatan-kenikmatan itu diberikan, hanya saja manusianya yang tidak pernah menyadari.

Kurang bersyukur dan lupa memaknai hal apa saja yang terjadi disetiap harinya. Juga, manusia tidak ada yang sempurna. Selalu ingat itu.

Saat kita melihat orang lain selalu bahagia bak tak pernah diberi kepahitan di hidupnya, percayalah kenyataan tidak seperti itu. Karena seseorang yang seperti itu adalah manusia hebat, mengcover rasa sakit, rasa ketidak terimaan, kepahitan dalam bentuk kebahagiaan. Ia selalu bersyukur dan memaknai apa yang terjadi jika ini hanya rotasi kehidupan.

Sejak tahu apa yang menimpa Bela, Zinara sadar jika yang terlihat baik-baik saja belum tentu baik yang sebenarnya. Entah itu hati atau tubuhnya terluka yang harus ditutup agar tidak ada seorangpun yang tahu.

Malam itu, di depan pantulan sebuah cermin Zinara baru saja selesai mengeringkan rambut dengan hair dryer. Surai yang panjang gadis itu rapikan menggunakan sisir, sorot matanya lurus menatap perawakan dirinya. Namun, gerakan tangan tiba-tiba terhenti kala pandangan teralih melihat ke arah punggung tangan yang terdapat plaster. Ia jadi menghela nafas, ingatannya jatuh saat di unit kesehatan sekolah sore tadi.


Flashback on...

"Enggak sakit bener deh," tutur Zinara yang mencoba meyakinkan pemuda yang terus memaksa untuk masuk UKS.

"Terus kalo enggak sakit ini apa namanya," ujar Genta sembari memukul punggung tangan Zinara.

"Aduh. Sakit Genta ih." Zinara mengaduh. Pukulan memang pelan, tapi tetap terasa perih jika luka yang terkena.

Genta mendengus. "Katanya enggak sakit, gue pukul malah ngeluh," omelnya.

"Kan dipukul, ya pasti sakit dong ganteng," celetuknya.

"Jadi kalo sakit harus ke mana?" Alis Genta terangkat.

Zinara berdecak sambil mencuatkan bibir. "Iya, iya mau ke UKS kok."

Kepala Genta mengangguk, tanpa perlu menarik tangan Zinara seperti sebelumnya, kedua remaja itu melenggang melalui koridor hingga tempat tujuan telah sampai.

Mempersilahkan untuk Zinara duduk di brangkar, sedangkan Genta bagian mengambil obat merah, alkohol serta plaster dan kain kasa. Sedikit berlebihan memang untuk luka gores, namun perhatian seperti itu mampu membuat Zinara merasa senang.

"Ta, lo kok makin ganteng sih," ujar Zinara.

Genta meletakkan alat p3k di atas nakas, menarik kursi untuk ia duduki. "Emang gue pernah jelek?"

Cuma Teman [TERBIT]Where stories live. Discover now