15. What's wrong with Genta

300 72 43
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Lagi, Zinara keluar dari barisan saat upacara berlangsung dengan alasan berupa kram perut karena sedang kedatangan tamu bulanan. Tidak lagi membuang-buang energi untuk berbohong dengan wajah yang dipaksa agar memucat, memang Zinara merasa tak enak badan meski hanya sedikit.

Kembali bertemu dengan ruangan yang berciri khas berwarna putih dengan aroma obat-obatan yang menyengat di indera. Brangkar hitam itu lagi dan lagi Zinara jumpai, tidak bosan dan tidak akan pernah karena sebuah kebanggaan bisa lolos tanpa diintimidasi terlebih dahulu oleh Bu Mae dengan pertanyaan-pertanyaannya yang mampu membuat sport jantung.

Zinara sempat berpikir dan merasa heran sendiri mengapa ia bisa menjadi jauh berbeda dari masa kecilnya yang patuh akan peraturan sedangkan sekarang dalam satu minggu pasti ada saja mata pelajaran yang tidak ia ikuti.

"Mereka bisa-bisanya betah banget panas-panasan gitu," monolog Zinara merebahkan tubuh langsingnya di brangkar.

"Gue dosa enggak ya boongin anak PMR mulu?" lanjutnya sambil mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruang perawatan itu.

Entah Zinara siswa yang nakal atau murid lainnya yang terlalu menurut sampai ranjang UKS pun hanya dirinya seorang yang menempati, sampai rasa kantuk itu datang. Waktu yang tepat untuk Zinara tidur karena upacara masih berlangsung lama.

Brak...

Zinara terjingkat kaget, baru saja mata cantik itu akan menutup pintu yang tertutup didorong oleh seseorang yang baru masuk.

"Lah, ada penghuninya?" tanya pemuda di ambang pintu.

Memutar bola matanya jengah, Zinara memiringkan tubuh ke samping. Tidak ambil pusing dengan kehadiran manusia yang baru-baru ini telah mengganggu hari-harinya.

Oji beranjak dan menetapkan bokongnya di brangkar, duduk di sana namun pandangan lurus menatap Zinara. "Lo tidur?" tanyanya polos.

"Enggak, gue lagi kayang," jawab Zinara dengan mata terpejam.

"Gue juga ah mau tidur." Oji merebahkan tubuh dengan posisi masih menghadap Zinara, memperhatikan bahkan hampir tidak berkedip.

Meski dalam keadaan tidur yang setengah tidur, Zinara masih bisa merasakan jika tengah diperhatikan. Instingnya terlalu kuat untuk hal berbau buaya seperti ini. "Pernah di colok pake kruk enggak?"

Oji sedikit terkejut mendapati respon gadis berkuncir kuda ini, terkekeh melihatnya membuka mata. "Lo emangnya berani? Rasa kemanusiaan lo di mana?"

Zinara berdecih, beringsut bangun me menjadi duduk. Rasa kantuk dan niat untuk tidurnya mendadak hilang. "Buat manusia tengil kayak lo, rasa kemanusiaan gue udah lenyap," ucapnya sengak.

"Cantik-cantik psikopat ya lo," katanya terkekeh sendiri."

"Lo, siapa nama lo? Dirman apa Saepul?" tanyanya menuding lurus Oji. Si empu berdecak kesal lantas menunjukkan name tagnya. "Gue tau cuma berasa dosa aja sebut nama lo."

Cuma Teman [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang