28. Kepribadian ganda

221 50 33
                                    

"Setiap orang punya sisi baik buruknya, entah yang mana yang lebih kuat, yang pasti di dunia ini tidak ada manusia terlahir dengan sempurna."

Tinggal menghitung jam lagi turnamen akan berlangsung, seluruh panitia yang bertanggungjawab gotong royong untuk mempersiapkan acara sedemikian rupa, salah satunya memasang umbul-umbul dan spanduk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tinggal menghitung jam lagi turnamen akan berlangsung, seluruh panitia yang bertanggungjawab gotong royong untuk mempersiapkan acara sedemikian rupa, salah satunya memasang umbul-umbul dan spanduk.

Zinara mengemut permen merah berbentuk telapak kaki, memutar-mutar tusuknya agar bisa terlepas. Berdiri di balkon depan kelasnya, pandangan gadis itu turun memperhatikan aktivitas panitia yang pastinya diambil dari anggota OSIS yang hilir mudik.

"Kaget lo!" seru Abi menyentuh kedua bahunya tiba-tiba, berniat mengagetkan tapi gagal total.

Gadis bersurai hitam yang pagi tadi dikepang satu oleh Anna terkekeh. "Bersyukur lo gue enggak kaget."

Abi ikut berdiri di sebelah Zinara, tubuhnya menyamping menghadap gadis itu. "Kalo kaget nanti lo jatuh terus mati gitu?" tebaknya.

Manggut-manggut, Zinara mengeluarkan permen baru dari saku kemeja, membuka bungkus biru tapi tak langsung memakannya. "Bayangin aja nih gue tewas, terus muncul berita gini." Ia menjeda, mengacungkan permen, menggerak-gerakkannya membuat tulisan tak kasat mata di udara. "Seorang siswi tewas didorong temannya di balkon sekolah, padahal masih jomlo nunggu doi nembak," tuturnya lugas.

"Enggak gitu anjir," umpat Abi memutar bola mata malas.

Zinara tertawa kecil, terkikik. Abi mengabaikan, lebih memilih melihat para siswa-siswi unggulan yang tengah sibuk di bawah sana.

"Nar, turnamen kan pasti banyak yang dateng," kata Abi menoleh menatap Zinara. "Kira-kira ada enggak yah yang nyantol ke gue, satu aja enggak apa-apa kalo nggak bisa lima," lanjutnya dengan tatapan sarat akan harapan.

Decihan justru keluar dari mulut manis Zinara. "Bisa-bisanya mikir gitu," heran gadis itu geleng-geleng kepala. "Tapi gue dukung kok, biar bestie gue tersayang ini cepet dapet doi." Zinara memeluk erat bahu Abi. "Enggak tega sumpah liat lo ngenes terus tuh, Bu, suer."

Abi tersenyum lebar membalas pelukan, namun tak bertahan lama gadis itu melepaskan diri. Dengan mata malas melempar tatapan tak suka. "Kan kan enggak ngaca. Inget neng lo juga ngenes, ya."

"Yang penting udah ada mas crush." Zinara mengibaskan rambut kepangnya sombong.

"Percuma ada tapi enggak bisa dimiliki."

"Abi mulutnya belum disunat, ya?"

"Mulut kan emang enggak disunat pinter."

Cuma Teman [TERBIT]Where stories live. Discover now