25. Orang buruk

231 64 61
                                    

"Karena pada dasarnya orang buruk tak selalu menjadi suatu kunci keburukan."




Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


Sabtu malam Zinara pergi dengan Genta. Layaknya pasangan kekasih dua sejoli itu duduk tenang di bawah naungan mobil.

Rintik-rintik hujan jatuh menghantam atap mobil, menciptakan ketukan seirama yang menyenangkan. hal itulah menjadi sebab Genta si pencinta motor gedenya memilih menggunakan roda empat menuju restoran Oma.

"Di resto bakal lama nggak?" tanya Zinara mendongak dengan alis terangkat.

"Tergantung perut gue minta diisi apa enggak," jawab pemuda itu fokus ke jalanan yang licin.

Jika kalian ingin tahu bagaimana bentuk perawakan Genta, mungkin tak akan sanggup. Zinara saja menelan saliva terus-menerus agar tidak khilaf memeluk pemuda itu.

Entah bagaimana bisa Genta terlihat tampan hanya memakai kaos hitam saja. Celana jeans setinggi lutut juga dipadukan dengan sneakers andalannya berwarna putih. Jangan lupakan juga satu nilai plusnya, yaitu topi yang lagi-lagi berwarna hitam bertengger di atas kepalanya.

"Genta Rahendra," panggil Zinara dengan bibir mengerucut, menatap Genta dengan kesal.

Si empu sigap menoleh, menaikkan satu alisnya sebab Zinara memanggil nama dengan lengkap. "Lo mau ngabsen?" celetuknya ngasal.

Zinara menggeleng polos. Tubuh gadis itu bergerak ke samping, tangannya terangkat, dengan cekatan meraih topi Genta, melepasnya tanpa persetujuan terlebih dahulu.

Genta menilik matanya, melotot tak terima. "Kenapa lo lepas?"

Sengaja menyimpannya di dalam tas selempang putih tulang, Zinara acuh bersikap tak perduli. "Siapa suruh makin ganteng," tuturnya membuang muka ke luar jendela.

Dengusan keluar, Genta mengacak-acak poni yang sebelumnya tertutup topi. Dan hal itu mampu menarik perhatian Zinara.

"Genta ih!" pekik Zinara seraya memberi tabokan telak di lengan pemuda itu.

Tentu saja kaget, bibir Genta berdesis nyeri, mengelus lengannya yang tak berdosa. Lagi-lagi memberi pelototan pada gadis di sampingnya. "Udah dibilang kalo Agnes keluarin jurus andalan lo tutup mata, kan jadinya nular jadi bibit psiko," selorohnya sudah seperti Pak Seno kala memberi petuah saja.

Zinara masih setia dengan wajah kesalnya. Kepala gadis itu merunduk menarik paksa keluar topi yang bahkan belum genap lima ia masukkan, melemparkan tepat ke wajah Genta.

"Pake lagi ajalah. Enggak ridho gue muka lo diliatin banyak orang," keluh gadis itu.

Genta jadi cengo, meski sesaat kemudian terkekeh lantas memakai kembali topi hingga poninya tak terlihat lagi.

"Ganteng banget sih lagian," tukas Zinara mencebikkan bibir, menoleh menatap Genta. "Nanti tuh muka kasih topeng aja kalo lagi keluar," sarannya.

"Muka ganteng gue ketutup dong kalo gitu," ucap Genta , sengaja ingin membuat Zinara kesal.

Cuma Teman [TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin