22. Peluk II

247 62 30
                                    

Sebelum itu, yuk puter mulmed

"Perihal cinta sepihak bukan cuma tentang si pemberi, si penerima pun tahu bagaimana sulitnya."

Zinara bersenandung seiring langkahnya terayun ringan, menelusuri koridor kelas yang hampir sepi sebab waktu istirahat sudah habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zinara bersenandung seiring langkahnya terayun ringan, menelusuri koridor kelas yang hampir sepi sebab waktu istirahat sudah habis. Ruangan berdominan warna putih dengan papan bertuliskan IPA 3 terpampang jelas dia atasnya, gadis itu masuk.

Hanya satu nama yang ada di pikirannya, yang tak lain dan pastinya tak bukan yaitu Genta. Namun, sepertinya manusia berwajah tampan itu tak menempati kursinya, Zinara mengedarkan pandangan guna menemukan sosok Genta.

"Genta mana?!" pekik Zinara bertanya, menggema di setiap sudut ruang kelas.

Karena suaranya yang nyaring bahkan di tengah kebisingan mulut ke mulut, sontak membuatnya menjadi pusat pandangan meski tak bertahan lama.

Tak kunjung mendapat jawaban, Zinara melenggang menuju kursinya dan duduk di sana. "Genta ada di mana?" ulangnya bertanya yang kali ini khusus untuk Agnes di depannya.

"Keluar," jawab Agnes tanpa menoleh.

"Kemana?" Kembali Zinara bertanya, menoleh pada Anna yang tengah bermain kertas-batu-gunting dengan Gibran seperti anak kecil di meja belakang.

"Namanya keluar pastinya di luar." Bukan Anna, tapi Gibran yang menjawab asal.

Zinara mendengus, mencolek bahu Abi yang lagi-lagi membahas fandom yang tidak ia pahami dengan Agnes. "Bi, Genta keluarnya ngapain? Kan udah masuk kenapa malah keluar? Dia bolos?" tanyanya beruntun.

Abi berdecih, menghela nafas lantas menoleh pada Zinara yang mengganggu aktivitasnya. "Sumpah, ya, lo, Nar. Kalo bukan temen udah pasti Agnes robek mulutnya," seloroh gadis itu.

Tak menanggapi, Zinara hanya perlu jawaban yang sebenarnya. "Di mana?" tanyanya mengulang.

"Gak tau ngapain yang pasti urusan basket. Barusan sebelum lo dateng anaknya pergi sama Bela," jawab Abi.

"Bela ... lagi," gumam Zinara, tapi tak mengapa. Penjelasan dari Oji di tangga membuat hatinya tenang karena tahu jika Genta tidak menyukai Bela.

Lagi, Zinara memiringkan tubuhnya ke samping kanan--menghadap Anna dan Gibran-- agar leluasa bercengkrama. "Gibran kok enggak ngikut kumpul?"

Namun, tak ada jawaban. Pertanyaan Zinara diabaikan, seolah angin lalu, dua sejoli itu terlalu fokus pada permainan yang terlihat kekanak-kanakan.

"Bran?" panggil Zinara dan kembali diabaikan.

"Heh Gibran." Dan belum juga ditanggapi.

"Astaga." Zinara geram. "Gibran Siregar anaknya Tante Gigi."

Zinara menarik nafas dan membuangnya kasar. Karena kesal terus diabaikan, gadis itu menarik paksa Tipe-X yang hendak Abi gunakan sebagai mikrofon--meniru idol K-Pop menyanyi--dan tanpa rasa bersalah melemparkannya ke arah Gibran.

Cuma Teman [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang