5. Permen meresahkan

363 105 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah menghantarkan Zinara yang letak rumahnya tepat bersebrangan dengan kediamannya, Genta masuk ke dalam rumah yang langsung disambut seruan dari sang Oma.

"Udah pulang, nak?" tanya Oma dari dapur.

Genta yang hendak menaiki tangga langsung belok kanan karena indra penciumannya menangkap aroma sedap yang bisa pemuda itu tebak jika Oma tengah memasak.

"Oma pulang?" tanya Genta yang langsung mengecup pipi Oma karena sudah menjadi kebiasaan.

Oma melirik, wanita yang rambutnya sudah memutih secara keseluruhan itu mematikan kompor. "Mau masakin cucu-cucu Oma dulu nanti abis itu balik ke resto lagi."

"Masak apa?" Genta memajukan kepalanya ke depan pantri.

"Masak yang rasanya gak ada di tempat manapun," jawab Oma bergurau, tengah menuangkan sayur sop ke dalam mangkuk beling.

Memilih untuk beranjak dan duduk di meja makan selagi Oma menyiapkan makan siang. Genta meletakkan ransel hitamnya di kursi samping, karena merasa kegerahan, pemuda itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.

"Kok sendirian, Agnesnya kemana?" Selesai menyajikan, Oma mengambil duduk di sebrang.

"Genta pulang sama Nara, Agnes palingan bareng Abi," sahut pemuda itu yang kini menunduk asik bermain ponsel.

Oma memberikan piring yang sudah diisi satu centong nasi. "Kenapa nggak ajak Nara sekalian aja tadi."

Genta mengangkat kepala, memutuskan untuk menyudahi bermain benda pipih itu lantas meletakkannya di atas meja. "Mau Genta panggilin?" tawarnya.

Wanita berumur itu menggeleng. "Gak usah, nanti kalo laper anaknya ke sini sendiri."

Manggut-manggut mengerti, sudah tidak aneh lagi jika Zinara akan bertamu hanya untuk numpang makan. Alasan tak ada yang memasak karena Papahnya yang tidak mau jika ada asisten rumah tangga juga karena ketidak ahlian gadis itu dalam hal membuat masakan, Zinara tanpa sungkan meminta makan.

"Nak," panggil Oma. Genta berdeham selagi menyuap makanan. "Buat kamu," katanya seraya menyerahkan amplop coklat ke hadapan Genta.

"Apa ini, Oma?" Genta meraih uluran amplop. Meski merasa bingung, pemuda yang memakai kaos putih sebagai dalaman itu berniat membuka.

"Titipan dari Mamahmu," lanjut sang Oma.

Sontak mendengar hal itu, gerakan tangan Genta terhenti. Mengerti tanpa harus dijelaskan maksud dari amplop tersebut, segera ia letakkan dengan kasar dan mendorongnya agar kembali kepada Oma.

"Genta, sekali ini aja. Oma mohon kamu terima," pinta Oma dengan binar penuh harap.

Genta memasang wajah tenang meski tanpa dipungkiri hati kesal dengan sendiri. "Uang yang Oma kasih lebih dari cukup buat Genta," tolaknya dengan halus.

Cuma Teman [TERBIT]Where stories live. Discover now