👻MDS 02 || Insiden

10.1K 1.2K 251
                                    

"Tidak perlu menjadi lucu untuk membuat orang lain tersenyum, kamu hanya perlu berada di sampingnya."

- Rey Alexander -

________________________________


"KECOA!!!" teriak Rey antusias saat hewan paling menjijikan itu terbang.

Dia kerahkan segala kekuatan demi mengusir kecoa tadi sampai menggunakan sapu ijuk.

Maklum saja, rumah yang sudah lama tak dihuni pasti memiliki berbagai macam hewan, mulai dari kecoa, laba-laba, atau bahkan tikus.

"Na, usir kecoa itu!" perintah Rey pada Sheina yang baru selesai membereskan pakaian.

"Ihh, abang 'kan cowok. Masa takut sih?"

"Jijik! Bukan takut!"

Sheina akhirnya pasrah, dari dulu abang satu-satunya plus yang paling ngeselin ini memang takut sekali dengan yang namanya 'kecoa'.

"Yaelah tinggal gini doang," ucap Sheina santai sambil membuang kecoa tadi ke tempat sampah.

Rey hanya menunjukkan ekspresi jijiknya ketika Sheina dengan gampang mengambil hewan itu.

"Abang bantuin Sheina beres-beres ya?"

Bergegas Rey memakai jaketnya setelah mendengar ucapan Sheina. Pasti dia mau menghindar dengan seribu alasan.

"Gabisa, gue mau ngojek dulu."

Rey merogoh sakunya demi menemukan kunci motor. Kemudian pergi meninggalkan Sheina tanpa rasa berdosa.

Jaket hijau ditambah helm yang berwarna hijau pula menjadi ciri khasnya.

Menghirup asap knalpot sudah biasa bagi Rey, pekerjaannya sebagai tukang ojek online membuatnya banyak meluangkan waktu di jalanan.

Pria lulusan SMA ini sengaja tak melanjutkan pendidikannya karena kekurangan biaya. Padahal dia termasuk murid yang pintar, bahkan pernah memenangkan perlombaan meskipun sedikit bar-bar.

"Gue rela ngasih apapun buat Sheina, walaupun nyawa gue sendiri."

Kata-kata itu yang selalu diandalkan Rey kala seseorang menanyakan kenapa dia mau merawat Sheina.

Kini Rey menghentikan motornya di sebuah cafe. Diambilnya handphone dari saku, kebetulan ia baru mendapatkan pelanggan pertama.

Tringg!

Dentingan bel berbunyi bersama langkah Rey yang mendekati meja kasir. Puluhan mata tertuju padanya.

"Kenapa semuanya ngeliatin gue kek gitu? Gue tau, gue emang ganteng," batin Rey dengan percaya dirinya yang tinggi.

"Ini Mas pesanannya," ucap pelayan cafe menyadarkan Rey dari lamunan.

"Makasi."

"Ehh tunggu!"

Rey berbalik begitu pelayan cafe memanggilnya kembali. Ada apa ini?

"B-boleh minta nomer hp?"

Rey terkekeh pelan, ternyata begini nasib cogan. Pasti selalu direbutin banyak cewek.

Tanpa pikir panjang Rey langsung memberikan nomor handphone-nya dan berlalu keluar cafe.

****

Tok ... Tok ... Tok ...

"Tukang ojek paling ganteng datang!" pekik Rey seraya mengetuk pintu rumah pelanggannya.

"Iya, sebentar."

Pintu telah terbuka lebar, di dalamnya berdiri seorang wanita yang kelihatannya masih muda.

Wajah Rey mendadak melongo melihat wanita dengan tubuh sexy di hadapannya. Pokoknya aduhayy!

"Ibu Siti Munaroh?" tanya Rey ragu-ragu.

Wanita itu hanya mengangguk, lalu membayar pesanannya dan kembali masuk ke dalam. Sementara Rey masih terpaku di tempat, hingga dering ponsel membuyarkan lamunan.

Adek laknat is calling ....

Alis Rey mengernyit, buat apa Sheina menelpon?

"Halo, ada apa, Na?"

" .... "

"Nana! Cepetan ngomong, gue sibuk."

" .... "

Setelah itu, panggilan terputus. Aneh, tak ada jawaban dari Sheina. Apakah ini pertanda buruk?

Jari jemari Rey mencari nomor Sheina, kemudian menelpon balik.

"Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Mungkin lagi tidur kali."

"Sialan!" umpat Rey, rasa khawatirnya semakin menjadi-jadi.

Kedua kali Rey menelpon lagi.

"UDAH GUE BILANG NOMERNYA LAGI SIBUK! GANGGU GUE LAGI NGOPI AJA LO!" bentak operator.

"Buset! Ngegas," gumam Rey.

Karena telepon tak kunjung diangkat oleh Sheina, Rey memutuskan untuk pulang ke rumah.

****

Dipacunya motor dengan cepat sehingga sampai di halaman rumah barunya. Nampak pintu depan tak tertutup rapat.

"NANA!" Tergesa-gesa Rey menghampiri Sheina yang terbaring lemah di lantai. Entah apa yang terjadi.

Lantas Rey memeluk adiknya erat dan mengelus lembut puncak kepalanya.

"Maafin abang karena gabisa jagain Nana," bisik Rey tepat di telinga Sheina. Suaranya terdengar lirih.

Perlahan Sheina membuka mata, merasakan lemas di sekujur tubuhnya. Namun, semua itu tergantikan oleh pelukan hangat Rey.

"Sheina gapapa kok," ujar Sheina sembari membalas pelukan abangnya dan menangis di dekapan Rey.

Kira-kira apa yang terjadi sebelumnya?

- TBC -

Jgn lupa vote + komen😸

MEREKA DI SINI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang