👻MDS 17 || Menjalankan Misi

3.8K 493 14
                                    

Halo! Ga usah basa-basi, langsung baca ajaa

Jangan lupa vote + komen ya

****

+6281234564646
P
Ini siapa?

Kening Sheina mengernyit tatkala nomor asing mengirimkan pesan padanya. Bukan apa-apa, Sheina hanya heran mengapa orang itu menanyakan 'ini siapa?' padahal dia sendiri yang mulai nge-chat.

Rasa penasaran Sheina mendorong dirinya untuk membalas chat tersebut.

Hah?
Kamu duluan yang ngechat, kenapa nanya ini siapa?

Cie aku kamu
Btw, save, ini Ryandy Pratama Putra a.k.a orang ganteng

Sheina menghela napasnya malas, apakah Febby yang menyuruh Ryan menemaninya menjalankan misi? Jangan sampai! Bisa-bisa Sheina jadi gila kalau menghadapi orang setengah waras itu. Cukup hantu tadi saja yang membuatnya pusing, jangan ditambah lagi.

Sheina mengacak-acak rambutnya frustasi, lalu kembali menatap ponsel saat satu pesan masuk di WhatsApp.

Katanya lo besok butuh ditemenin ke rumah om lo, sama gue aja. Soalnya gue males sekolah mwehehe

G
Gue bisa sendiri

Cih, nanti diculik om-om nangis

Sudah diperkirakan, berbicara dengan makhluk seperti Ryan pasti takkan ada ujungnya. Sebenarnya, Sheina juga malas meladeni pria itu, tapi ia juga bingung akan misi yang diembannya sekarang.

Bimbang, Sheina berpikir sejenak dengan mengandalkan tangan kanannya sebagai tumpuan untuk menahan kepalanya yang terasa berat oleh beban pikiran.

Ia menatap cicak sekilas, lalu kembali mengambil handphone yang tadi diletakkan di meja belajar. Entah mengapa, seolah-olah dirinya mendapat cahaya ilahi yang mengharuskan dirinya membalas pesan Ryan.


Yaudah, besok jam 6 pagi kita berangkat, ga boleh telat
Gue tunggu lo di halte yang biasa


Sangat terpaksa Sheina menerima Ryan menemaninya untuk menjalankan misi, meskipun pria itu tidak tahu hal yang sebenarnya. Lagipula kalau diberi tahu pun Ryan belum tentu percaya.

Sheina berjalan ke arah kasurnya dengan ekspresi lelah. Sehari bertemu hantu tiga kali plus melakukan ritual aneh membuat tubuhnya kelelahan.

Selimut putih tebal membaluti tubuh mungil Sheina sampai ke atas kepalanya, rambut hitam kecoklatan yang terurai juga menutupi wajahnya.

Menyendiri di kamar atau ruangan yang sepi merupakan salah satu hal kesukaannya. Di saat begini dia memang perlu hal itu.

Sheina bangkit dengan posisi bersandar demi melihat jam beker di nakas.

Pukul 01.00. Sudah lewat tengah malam, tetapi matanya belum bisa terpejam. Ia masih memikirkan tentang hari esok. Bagaimana kalau misinya gagal?

Sheina cuma berharap semoga Ryan bisa bekerjasama, meskipun Sheina tak yakin sepenuhnya.

👻👻👻

"Mau dianterin sampe mana?" tanya Rey sambil menghentikan motornya sejenak, kemudian menoleh ke belakang untuk melihat Sheina yang duduk di jok motor.

Pagi-pagi sekali Rey harus mengantarkan Sheina menggunakan motornya. Padahal ia masih mengantuk, sepanjang perjalanan juga selalu menguap.

"Di halte waktu itu, gue udah janjian sama temen," jawab Sheina setengah berteriak karena motor mulai melaju lagi, takut terhalang oleh suara kendaraan lain.

"Temen lo cewe?"

"Hm." Sheina berdehem tanpa menjawab pertanyaan Rey. Ia agak ragu kalau Rey tahu temannya adalah cowo.

"Cowo ya?"

"Lah, kok abang tau?"

"Dari cara lo jawab."

Tidak bisa dipungkiri, Rey sudah sangat kenal Sheina. Mungkin karena mereka tinggal berdua sejak Rey SMP. Jadi kebiasaan masing-masing pun tahu semua.

Selanjutnya, obrolan mereka terhenti. Hanya ada angin sejuk yang menerpa wajah Sheina, menerbangkan beberapa helai rambut panjang yang sengaja dikuncir.

Cuaca hari ini cukup dingin, sebab sekarang musim penghujan. Untung saja Sheina memakai jaket lumayan tebal berwarna coklat muda.

"Udah sampe, Neng," ucap Rey.

Sheina lekas turun dari motor, berjalan hati-hati sebab jalanan licin akibat terguyur hujan tadi malam sampai subuh.

"Nama temen lo siapa?" Rey bertanya sekali lagi sebelum ia benar-benar pergi.

"R-ryan."

"Oh, gue ijinin lo pergi sama cowo, tapi kali ini aja. Kalo dia macem-macem, bilang gue. Semoga lo berhasil ya." Rey tersenyum kecil sembari bersiap mengendarai motornya.

Ia pamit pada Sheina, lalu menghilang bersama kepulan asal knalpot yang membumbung tinggi di langit. Sheina melambai-lambaikan tangannya meskipun Rey tidak melihatnya.

👻👻👻

Sudah 30 menit berlalu, tetapi sosok Ryan belum muncul juga. Hal itu tentu membuat Sheina geram, padahal kemarin dia sudah mengingatkan.

Ponsel merek DK alias 'Di Kasih' kini berada di genggaman Sheina. Memang ponsel itu pemberian dari tantenya.

Ia membuka aplikasi dengan ikon telepon warna hijau, mengirimkan pesan pada Ryan.

P
Lo dimana? Udah gue bilang jam 6!

Pesan tak kunjung dibalas, maka semakin kesal lah Sheina.

Sedari tadi Sheina menggerutu dan menendang-nendang kerikil di dekat tempatnya berdiri. Tanpa ia sadari, seseorang di seberang jalan memperhatikan dirinya, mendekati halte perlahan.


©MEREKA DI SINI

Ketemu lagi sama orang cakep ini wkwk

Udah seminggu lebih ga up😭 dikarenakan aku males + sibuk sama komunitas. Mulai sekarang, aku mau benar-benar niat tamatin cerita ini secepatnya.

Ga mau ada kata "males", padahal waktu banyak. Contohnya hari sabtu sama minggu.

Kita menulis itu ga usah nunggu waktu luang, tapi harus meluangkan waktu.

Oh iya, follow ig aku yok: @mxgis_

MEREKA DI SINI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang