👻MDS 12 || Ritual Pemanggilan Arwah

4.4K 637 42
                                    

"Jangan pernah merasa sendirian, karena 'mereka' selalu menemanimu."

-Agen Intel-
_________________________

Siap baca cerita ini? Vote dulu dong:)








"Mau ngomong apa?"


Sheina terduduk di kursi taman sambil mengelus pergelangan tangannya yang memerah akibat Rey menarik paksa.

Akhlak abangnya itu memang 0℅. Masa adik sendiri diseret seperti kambing?

"Tentang tulisan yang lo temuin waktu itu."

Rey menghentikan ucapannya, menghirup oksigen sejenak.

"Gue tadi main ke rumah temen SMP, kebetulan ayahnya tau banyak tentang begituan. Dia nyaranin kita untuk ...."

Sheina beralih menggenggam jaket Rey, matanya melotot sempurna.

"Jangan bilang kalo dia dukun!" seru Sheina setengah teriak, seolah-olah ia dapat membaca pikiran Rey.

Anggukan Rey membuat amarah Sheina semakin memuncak. Wajah imutnya berubah jadi memerah.

"SEJAK KAPAN LO PERCAYA DUKUN?!"

"Dulu lo janji ga akan percaya sama gituan karena bapak kita juga dukun dan lo tau sendiri dia ninggalin kita demi pekerjaan gilanya!" sambung Sheina.

Seumur hidup Sheina takkan pernah memaafkan perbuatan keji ayahnya. Luka ini yang menanamkan kebencian di hatinya.

Termasuk benci pada hal-hal mistis dan yang namanya 'dukun'. Meskipun dia memiliki kemampuan bisa melihat 'mereka'.

"Na, gue lakuin ini biar lo tenang. Lagian dia cuma nyuruh kita buat adain ritual."

Mata Sheina melebar, ia berdiri seraya menggenggam jaket yang dikenakan Rey hingga lelaki itu terbangun.

"Lo denger! Walaupun status gue sebagai adek lo, bukan berarti semua yang lo perintahin gue turutin gitu aja!" bisik Sheina agak kencang di telinga Rey.

Ia melepaskan genggaman tangannya yang meremas jaket Rey dan pergi begitu saja.

°°°👻°°°

"Makhluk-makhluk itu ... selalu mengikutiku kemana pun. Hari ini sudah terhitung 2 kali sejak kemampuanku untuk melihat 'mereka' kembali.

Ini bukan hal yang kuinginkan dari kecil. Menjadi indigo? Bisa melihat wujud hantu dengan kepala berlubang, leher panjang, dan darah yang bercucuran tak pernah terbayangkan olehku."

Curhatan Sheina dituangkan ke dalam sebuah buku diary pemberian ibunya dulu.

Sungguh tidak logis untuk dicerna otak tentang serentetan kejadian hari ini.

Hantu, satu kata yang paling dihindari Sheina.

Apa benar dirinya harus melakukan saran Rey? Ahh tidak! Dia sudah berjanji tidak akan mempercayai dukun dan sejenisnya.

Tapi, rasa penasaran mendominasi pikirannya. Sheina membereskan buku diary plus pulpen dan memasukkan ke laci meja.

Tangannya menjangkau laptop merk 'jeruk yang busuk setengah'. Ia menaruh di atas meja belajar.

Jari jemari lentik miliknya mengetik "Cara memanggil arwah" dalam pencarian Google.

Serangkaian informasi muncul berurutan. Sheina men-scroll demi menemukan info yang mudah dan lengkap.

Detik berikutnya, bolamata Sheina sampai pada artikel terakhir. Ia mengklik.

"Ritual pemanggilan arwah?" gumam Sheina sehabis membaca judul artikel.

Rasa penasarannya semakin membuncah tak tertahan, maka ia baca petunjuk tersebut.

1. Pastikan di rumahmu terdapat ruangan kosong seperti gudang.

2. Ambil sebatang lilin, lalu nyalakan.

3. Mulailah berkomunikasi dengan 'dia'. Tetapi ingat! Di ruangan itu harus minim cahaya dan hanya ada maksimal 2 orang saja.

4. Jika telah selesai, jangan lupa berpamitan.

Kira-kira itulah langkah-langkah untuk memanggil 'mereka'. Sedikit info, katanya ruangan yang sudah lama tak dipakai akan menjadi sarang hantu.

"Jadi merinding." Sheina menutup laptop, menyudahi kegiatan gilanya mencari sumber informasi yang bahkan dia sendiri tak percaya.

Klik!

Seluruh lampu padam, tentu Sheina terlonjak kaget. Mengapa harus sekarang mati lampu?

Sheina berusaha bersikap tenang, ia mengambil ponsel guna melihat jam.

Pukul 20.30

Belum terlalu malam, tapi seharusnya Rey sudah pulang.

Pertengakaran kecil membuat Sheina tak enak hati untuk mengirim pesan atau sekedar bertanya kapan abangnya itu akan pulang.

"Sheina ...."

Indra pendengaran Sheina menangkap suara bisikan dari luar. Lebih tepatnya seperti mendesis.

Posisi Sheina tak berubah, ia masih duduk menatap kosong pintu bercat coklat di hadapannya.

Ketukan demi ketukan perlahan terdengar makin jelas, membuat Sheina bergidik.

"Sheina ...."

Lagi-lagi panggilan itu! Ingin rasanya Sheina berlari sejauh mungkin. Namun kakinya seakan membeku.

Sheina mengumpulkan keberanian, pelan-pelan ia mendekati pintu. Berjalan tanpa bunyi.

Ia memegang knop, bersiap memutarnya.

"Aku tau kamu akan membukanya."



©MEREKA DI SINI

Untuk part ini pendek aja, lagi ga mood juga.

Oh iya, part 11 itu sebenernya beneran kejadian loh. Dulu pas aku sd ada semacem lorong di belakang sekolah, ya aku pernah lewat.

Serem, tapi sekarang udah ditutup. Gatau kenapa.

Yaudah deh, semoga malammu menyeramkan👻

Salam, Agen Intel.

MEREKA DI SINI [TAMAT]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα