👻MDS 08 || SMA Pertiwi (2)

5K 699 42
                                    

JANGAN LUPA VOTE + KOMEN ^^

HAPPY READING!




"Hufft." Sheina menghembuskan napas lega. Beruntung dirinya dapat mengelak dari hantu berleher panjang itu.

Entah apa yang membuatnya terus dikejar makhluk-makhluk aneh. Padahal ia tak pernah sekalipun mengganggu mereka.

Mungkin memang ini sudah takdir jadi anak indigo. Meskipun Sheina sendiri masih ragu akan kemampuan itu.

Derap langkah kaki terdengar di belakang Sheina. Seseorang menepuk pundaknya. Maka Sheina menoleh guna melihat siapa orang di belakangnya.

"Lo abis kemana?" tanya Ryan pada Sheina.

"Toilet."

"Lah, lo masuk toilet laki-laki? Itu 'kan ada tandanya Markonah!"

Mulut Sheina menganga, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia terkejut.

"Hah?!"

"Lagian lo ga nanya dulu, untung ga ada cowo yang masuk."

Ryan melangkahkan kakinya meninggalkan Sheina yang masih berdiri mematung. Tak lupa tas hitam di punggungnya.

Bukan menuju kelas, tapi langkah Ryan sepertinya mengarah ke belakang sekolah. Entah apa yang dilakukannya.

Sheina bergegas mencari dimana letak kelas barunya. Jujur saja, dia belum terlalu hafal ruangan-ruangan di sini.

Dengan niat dan usaha, Sheina berupaya mencari kelas sampai rela mengamati setiap pintu yang menutupi bagian dalam kelas. Biasanya akan ada nama kelasnya di sana.

Sampailah Sheina pada kelas paling ujung di lantai 3.

"12 IPA 3," gumamnya.

Tidak salah lagi, ini adalah kelas Sheina. Meresahkan! Butuh beberapa menit baginya demi mencari kelas ini. Akhirnya Sheina bisa bernapas dengan lega sekarang.

Perlahan, kaki Sheina memasuki kelas bernuansa putih itu. Manik matanya menatap intens dari pojok kanan ruangan sampai pojok kiri. Meja guru pun tak luput dari pandangannya.

"AWAS!" teriak salah seorang siswa yang berjarak tak jauh dari Sheina.

Siswa itu melemparkan seekor ... cicak ke arah Sheina, berharap Sheina akan takut kemudian menjerit.

Namun, secepat kilat Sheina menangkap cicak itu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Ah! Ga seru!" desis siswa tadi merasa kecewa ketika kejahilannya gagal.

Memang begini nasib anak baru, selalu ada yang menjahili.

Sheina kembali masuk ke kelas, duduk di barisan paling legend. Kalian pasti tahu bukan?

Selama 20 menit Sheina sendiri di kelas, hanya ditemani suara kipas angin. Selama itu pula guru tak kunjung datang.

Bosan, pekerjaan Sheina sedari tadi cuma memandangi papan tulis putih di depan.

"Hei! Kamu anak baru?" sapa dua orang perempuan.

Kesadaran Sheina pulih seutuhnya, lalu mendapati dua perempuan tersenyum manis.

"Boleh kenalan? Namaku Febby." Perempuan dengan rambut coklat terurai itu mengulurkan tangan.

"Kalo aku, Nara," sambung perempuan berkacamata. Dia tak nampak seperti anak culun, justru sebaliknya, dia malah terlihat menggemaskan.

"Sheina," jawab Sheina sembari membalas uluran tangan Febby dan Nara.

"Sekarang free class, guru lagi rapat semua. Kamu mau ikut kita ga?" Febby mengajukan pertanyaan pada Sheina, masih tetap berdiri di depan meja Sheina.

"Kemana?"

"Keliling aja, kamu juga belum tau lingkungan sekolah ini 'kan?"

"Hm, oke."

•••oOo•••

Taman belakang sekolah, rupanya Febby dan Nara mengajak Sheina ke sana.

Suasananya cukup tentram untuk bersantai menghabiskan waktu saat tak ada guru di kelas.

Dedaunan rindang yang berasal dari pohon mangga berjatuhan tertiup angin.

Sheina mengikuti langkah kedua teman barunya, sebenarnya Sheina juga bingung kenapa ia bisa dapat teman secepat ini?

"Sini aja," ucap Nara.

Kini Sheina duduk di kursi taman yang lumayan panjang bersama temannya. Mengobrol sejenak, lalu saling bertukar cerita.

"Kamu di sini tinggal sama siapa?" Satu pertanyaan dilontarkan Febby.

"Abang."

"Orang tua kamu dimana?"

"Ibu udah meninggal, dan ayah gatau kemana," lirih Sheina.

"Ohh, maaf."

"Gapapa, santai aja," balas Sheina, mengembangkan senyumannya.

Hening, tak ada lagi obrolan diantara tiga siswi ini. Mungkin topik barusan membuat Febby tak enak hati.

Tiba-tiba Nara bangkit, hendak ke toilet. Tersisa Febby dan Sheina saja di taman.

10 menit berikutnya, Nara kembali ke taman dan duduk di tempatnya semula.

GUBRAK!

Seseorang terjatuh dari pohon mangga di sebrang. Bahkan Sheina baru sadar kalau ada orang di sana.

"Siapa tuh?"

Sontak Sheina, Febby, dan Nara bangkit untuk melihat siapa orang tersebut.

Nampak Ryan sedang berusaha berdiri setelah terjatuh, apa yang baru saja dilakukannya?

"Lo abis ngapain?" tanya Sheina.

"Maling mangga, lumayan."

Sheina mengelus dadanya menahan sabar menghadapi sikap Ryan. Bukannya belajar, cowo itu malah maling mangga?!

"Lo ga boleh seenaknya ngambil mangga kek gini, lagian juga pohon ini milik sekolah 'kan?"

"Gue yang punya sekolah ini," jawab Ryan dengan senyum penuh kemenangan sebab ia berhasil membuat Sheina skakmat, tak tau harus berbicara apa.

"Tapi, bukan artinya lo bisa bebas ngapain aja di sini. Setiap sekolah punya peraturan!"

"Berisik!"

Ryan mengakhiri perdebatan, ia membalikkan badan dan pergi dengan menggendong tas yang mungkin berisi mangga hasil nyolong.

Baru pertama kali Sheina bertemu orang keras kepala seperti Ryan. Apapun yang dilakukan cowo itu selalu menguji kesabaran Sheina.

Sebenarnya Ryan terbuat dari apa sampai bisa ngeselin kayak gitu?

- TBC -

UP 1 MINGGU SEKALI😭

ENTAH KENAPA LAGI GA MOOD BIKIN CERITA, HIKSS

TAPI DOAIN AJA SEMOGA BISA SAMPE ENDING

DI PART SELANJUTNYA BAKAL ADA TEKA-TEKI

SEE YOU✨

MEREKA DI SINI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang