Pink & Bersayap

14 6 1
                                    

Suasa langit malam terasa lebih indah dengan cahaya rembulan, dan juga kerlap-kerlip bintang di langit. Hawa sejuk yang terkesan dingin, membuat siapapun tidak ingin pergi meninggalkan rumahnya.

Namun, sepertinya itu tidak berlaku bagi kedua adik kakak yang sedang keluar menuju mini market dekat rumah mereka. Keduanya keluar karena permintaan dari adik perempuannya, yang membuat kakaknya itu mau tak mau mengantarkannya.

"Lo sebenernya mau beli apaan sih Div? Lo enggak liat udah jam berapa emangnya? Ini tuh udah malem waktunya gue tidur, dan lo malah minta gue anterin kemini market segala" tukas Karel menguap sambil mengucek-ngucek kedua matanya.

Divapun berdecak kesal saat melihat wajah Karel "Ini tuh urgent banget tau! Lo enggak akan bisa ngerti Rel. Kalau gue enggak cepet-cepet beli, yang ada gue enggak bisa tidur semaleman"

"Lagian lo ribet banget si Div! Tinggal tidur aja apa susahnya" tukas Karel yang tidak mengerti dengan arti dari ucapannya Diva.

Diva berkata dengan geram "Si pea! Yang gue maksud itu pembalut Karel! Stock pembalut gue itu udah habis, dan sekarang gue lagi halangan, lo ngerti enggak sih!"

"Biasa aja dong! Enggak usah pake ngegas segala. Lagian lo enggak bilang dari awal sih" ucapnya sambil menguap menutup mulutnya.

Setelah itu keduanyapun pergi menuju mini market terdekat dari rumah mereka. Setelah sampai Divapun langsung saja masuk kedalam tanpa menunggu Karel yang sedang memarkirkan motornya.

"Dasar adik durhaka! Udah sukur gue anterin. Ehh malah ninggalin gue sendirian disini" tukas Karel sambil berkacak pinggang. Kemudian dirinya menyusul Diva masuk kedalam mini market.

Saat didalam Diva masih sibuk mencari barang yang dirinya butuhkan. Berbeda dengan Karel yang terlihat kebingungan mencari sosok adiknya.

"Duhh! Kok enggak ada sih! Apa tempatnya dipindahin, ya?" ucap Diva yang terlihat kebingungan mencari barang yang dibutuhkannya.

Taklama datanglah Karel mendekat arahnya "Gimana? Udah ketemu belom?" tanyanya sambil melihat keranjang yang dibawa Diva masih saja kosong belum terisi satupun barang.

"Kok masih kosong sih Div? Katanya lo cuma beli pembalut doang!" tukas Karel menatap Diva kesal.

Diva berkata "Sabar kenapa si! Gue juga lagi cari barangnya, mending lo liat apa kek biar enggak buru-buruin gue terus"

Kemudian dirinyapun meninggalkan karel menuju kerak bagian samping. Sedangkan kakaknya itu, entah sedang pergi kemana.

Saat menyisiri satu-persatu bagian rak, akhirnya Diva menemukan barang yang dirinya butuhkan. "Akhirnya ketemu juga" ujarnya terlihat senang dan langsung memasukkan barang tersebut kedalam keranjang belanjaannya.

Setelah itu Divapun berbalik sambil mebawa keranjang belanjaannya. Namun saat melangkahkan kakinya tiba-tiba saja ada seseorang yang tak sengaja menyenggol barang belanjaannya.

BRAKKK

Barangnya itu jatuh berceceran dilantai, dan orang yang menyenggolnyapun membantu Diva membereskan barangnya.

"Sorry gue enggak sengaja, sini biar gue bantu" kata orang itu. Sedetik kemudian Diva tersadar jika dirinya tak asing dengan suara tersebut.

Diva membatin sambil menggelengkan kepalanya "Enggak mungkin Diva! Itu enggak mungkin banget"

Orang tersebutpun berdiri berniat membantu Diva yang terduduk dilantai sambil memungut barang belanjaannya.

"Biar gue bantu!" tukasnya sambil mengulurkan tangannya. Divapun langsung mendongakkan kepalanya untuk meraih tangan tersebut.

Namun sedetik kemudian tiba-tiba saja Diva terkejut dan langsung berdiri tanpa uluran tangan dari orang itu. "Kak Dallas!" ucapnya terkejut.

Dallaspun tersenyum miring saat melihat perempuan yang tidak sengaja dirinya tabrak barusan. "Ternyata lo! Mau gue bawain barang belanjaan lo enggak? Atau mau sekalain gue bayarin juga?" katanya meledek Diva sambil melihat pembalut yang ada di keranjang belanjaannya.

Mendengar itu membuat Diva tersipu malu sambil melihat kearah pembalut yang dibelinya. "Duhh! Malu banget dehh gue! Lagian ngapain si tuh orang bisa disini?" ucapnya membatin.

"Gimana? Mau gue bawain enggak? Itung-itung sebagi permintaan maaf gue udah nabrak lo tadi" tukas Dallas tersenyum sambil mengedipkan matanya kearah Diva.

Divapun langsung membalasnya "Enggak usah! Saya bisa sendiri kok, makasih juga buat tawarannya! Saya permisi?" imbuhnya gugup dan langsung berlari meninggalkan Dallas.

"Diliat-liat lucu juga tuh anak!" ucap Dallas tersenyum melihat kepergian Diva sambil melipat kedua tangannya.

🌲🌲🌲

Siang ini matahari terlihat begitu terik, bahkan rasanya kulit seperti akan terbakar jika terlalu lama terkena sinarnya. Saat ini terlihat dua orang mahasiswa sedang berada dikantin kampus, sambil menikmati minum yang dipesannya.

"Kemaren! Bokap gue dapet undangan pernikahan dari bokap lo Las!" tukas Lexi menatap Dallas yang terlihat sibuk dengan handphone miliknya.

Dallas membalasnya sambil meletakkan handphonenya itu, disamping gelas minumnya. "Gue udah enggak perduli lagi soal bokap gue Lex! Terserah dia mau ngelakuin apapun. Karena itu keputusan dia dan gue enggak ada hak, untuk ikut campur" katanya terlihat acuh.

"Ya, enggak bisa gitu lah! Mau gimanapun juga lo kan tetep anak kandungnya" tukas Lexi dengan sorot matanya. Dallaspun tersenyum kecut saat mendengarnya.

"Percuma aja Lex! Dia udah enggak mau dengerin ucapan gue, karena pikirannya udah diracuni sama wanita simpenanya itu"

Lexi berucap kembali "Dan gue denger-denger! Bokap lo juga akan ngundang beberapa dosen kampus yang emang deket sama bokap lo"

Dallaspun meneguk minumnya sampai tandas tak tersisa. "Bukan cuma dosen aja! Tapi beberapa anak kampus yang bokap gue kenal juga akan dia undang keacaranya" ujarnya dengan ekspresi dinginnya.

Taklama Dallas mendapat panggilan telfon dari papahnya "Bentar, ya Lex!" ujarnya meminta waktu kepada laki-laki bermarga Harsson itu..

Dallaspun mengangkat telfonya dan menempelkan benda pipih itu ketelinga miliknya "Halo pah" ucapnya.

"Kamu bisa kekantor papah sekarang? Ada hal yang perlu papah bicarain sama kamu" tukas papahnya.

Dallas kembali membalasnya "Ada perlu apa emangnya?"

"Akan papah jelaskan dikantor! Papah tunggu kedatangan kamu Dallas" kata Darwin yang langsung mematikan panggilan tersebut.

Lexi berkata setelah melihat raut wajah Dallas yang kesal "Kenapa lagi lo? Tuh muka ditekuk mulu perasaan".

Dallaspun membuang napasnya sambil bersandar di kursi tempat dukuknya. "Rasanya! Gue udah kayak boneka, yang selalu bokap gue perintahin sesuka hati"

"Bokap lo bilang apa emangnya" tanya Lexi yang terlihat penasan.

"Bokap gue suruh gue dateng ke kantornya, kayanya ada hal yang harus dia omongon sama gue" kata Dallas.

"Ya! Mungkin aja itu soal acara penikahan bokap lo kali" tukas Lexi menebaknya.

Kemudian Dallaspun membereskan barang bawaannya karena ingin segera bertemu dengan papahnya.

Dallas berucap "Lex! Gue duluan ya, sorry banget enggak bisa nemenin lo"

"Bokap lo lebih penting Las! Soal gue mah enggak masalah" tukas Lexi terkekeh dengan sikap santainya.

Setelah itu Dallaspun pergi meninggalkan Lexi menuju tempat parkir, untuk menjemput motor kesayangannya.







>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang