Ketakutan Ini Mencekikku

10 5 0
                                    

Lexi baru saja memarkirkan motornya diparkiran rumah sakit dimana tempat Diva dirawat. Belum sempat dirinya membuka helm, Jessi langsung saja pergi meninggalkannya dengan raut wajah yang begitu cemas. Bahkan dirinya saja sampai harus terburu-buru untuk mengejarnya.

"Jess! Jessie" panggil Lexi sambil berlari menyusul ketinggalannya yang sudah berada jauh didepannya.

Sementara dengan Jessie, langkah kakinya terlihat berjalan dengan begitu cepat. Serta degupan jantunya yang mulai tidak setabil karena khawatir terhadap kondisinya Diva.

"Div! Gue dateng untuk jengukin lo" tukasnya yang tidak memperdulikan jika sedari tadi Lexi sedang meneriaki namanya.

Namun dari arah kejauhan, Jessi tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Setelah melihat seseorang yang sedang duduk sendirian, sambil memegang sebuket bunga ditangannya.

"Kak Dallas?" ujarnya sambil memicingkan kedua matanya.

Taklama Lexipun langsung datang dan berdiri disampingnya sambil terengah-engah. "Lo nyusahin tau enggak! Energi gue jadi kebuang banyak karena lo" geramnya sambil mengelap peluh keringatnya yang turun.

Tidak memperdulikan apa yang Lexi katakan. Jessipun kembali melangkahkan kakinya dengan raut wajah yang menampakkan kekesalannya. Tatapan matanya kini tertuju kepada seseorang yang ada dihadapannya dengan sebuket bunga yang sedang digenggamnya.

"Kak Dallas ngapain ada disini? Enggak merasa bersalah atas apa yang udah kakak perbuat? Karena kakak! Diva jadi koma sekarang" bentaknya sambil memukul Dallas yang membuat seniornya itu langsung jatuh tersungkur.

Dengan cepat Lexipun datang dan langsung membantu Dallas berdiri sambil menatap tajam kearah Jessi. "Lo apa-apaan sih Jess?" geramnya dengan sorot mata yang begitu tajam.

"Kak Lexi ngapain belain orang, yang udah buat orang lain celaka? Diva sekarang koma, dan itu semua karena perbuatannya kak Dallas" protesnya kepada Lexi dengan raut wakah yang sedikit kesal.

Lexi baru saja ingin menimpalinya, namun sedetik kemudian. Dallaspun langsung saja menyelanya, sambil menatap Jessi dengan sorot matanya yang dalam. "Lo bener! Gue yang udah buat Diva celaka. Lo juga berhak ngebenci gue atau apapun. Seandainya gue enggak ajak dia ikut. Mungkin kejadiannya enggak akan berakhir kayak gini" ujarnya terlihat sedu dengan semua penyesalan yang sedang dirasakanya.

"Udah berapa kali sih,gue ingetin sama lo Las! Ini semua tuh bukan salah lo! Ini semua itu takdir! Tuhan udah menggariskan semuanya, termasuk kondisi yang dialami Diva sekarang ini" ujar Lexi menyanggahnya dengan penekanan disetiap kalimatnya.

Dallas kembali berucap dengan tatapan matanya yang terlihat begitu sayu "Tapi mau gimanapun juga, ini semua tetep salah gue Lex!"

"Kak Lexi! Jessi mau ketemu Diva sekarang" tukasnya tiba-tiba sambil menatap Dallas dengan tatapan tidak sukanya.

"Las! Didalam ada orangtuanya Diva?" ujarnya sambil melirik keruangan yang ada didepannya.

Dallas berucap "Didalam enggak ada siapa-siapa! orangtuanya juga baru aja pergi sepuluh menit yang lalu. Sedangkan Karel, gue rasa dia masih ada dikampusnya"

"Kalau didalem enggak ada orang, kenapa lo masih aja diem disini? Harusnya kan lo masuk, dan temuin Diva" ujarnya kembali sambil menautkan kedua alisnya.

Seketika raut wajah Dallaspun berubah. Dirinya saat ini terlihat seperti pecundang yang takut akan masalah yang sedang dihadapinya. Tatapannya sayu serta raut wajahnya yang penuh dengan penyesalan.

"Gue enggak bisa Lex! Gue terlalu takut akan kondisinya. Bahkan untuk sekedar menatap wajahnya aja, gue enggak berani" tukasnya sambil tersenyum tipis dibalik rasa sakit yang sedang dirasakannya kini.

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now