Kepalan & Tarikan

11 6 0
                                    

Matahari kini semakin terik memancarkan cayahanya. Panasnyapun sudah tidak bisa lagi ditahan, terlebih lagi jika terkena permukaan kulit.

Terihat dua orang mahasiswi sedang menyantap makanannya, serta minuman pesanannya yang begitu segar menghilangkan dahaga.

"Muka lo suram amat Div! Kerasukan jin mana lo?" imbuh Jessi melihat aura hitam yang sedang mengelilingi tubuh temannya.

Divapun menggeram dengan wajah semerah tomat "Emang dasar senior sialan! Udah habis batas kesabaran gue, cuma karena hadapin tingkah semena-menanya doang" ucapnya dengan emosinya yang meledak-ledak.

Jessi yang melihat pancaran sinar dari matanya Diva, langsung saja memberikannya segelas air untuk meredakan emosinya. "Tenang Div! Tenang! Lo kalo gini keliatan lebih liarnya dibanding sebelumnya"

"Apa lo bilang!" geram Diva dengan tatapan tajamnya.

Jessipun terkejut melebarkan matanya "Bercanda Div! Dibawa serius amat si lo. Udah nih mending minum, biar amarah lo reda" kata Jessi menyodorkan minuman tersebut kepadanya.

Diva meneguk minuman itu dengan perlahan. Membiarkan cairan itu masuk dan turun melewati tenggorokannya.

"Lo kenapa lagi si Div! Pasti deh kalo ketemu sama kak Dallas udahannya jadi emosian gini, udah mana lo mencak-mencak ke gue juga lagi" tanya Jessi dengan kesalnya.

"Abis gue kesel si Jess! Masa gue dibilang kampungan cuma karena rambut gue dikuncir doang, kan nguji kesabaran namanya" tutur Diva menjelaskan permasalahannya.

Mendengar penjelasan Diva membuat Jessi mengerutkan dahi terheran-heran "Hah! Tuh orang sinting atau giamana? Aneh banget, dia itu manusia atau bukan sih"

"Ya kan? Gimana enggak nguji kesabaran coba, makhluknya aja udah enggak jelas kayak gitu" tukas Diva yang sudah kesal sedari awal.

Melihat rambut Diva yang begitu acak-acakan membuat jessi terheran. "Kesel boleh Div! Tapi jagan jadi orang gila juga dong" celetuk Jessi dengan kekehannya.

"Orang gila? Maksud lo?" kata Diva tidak bisa mencerna ucapannya Jessi dengan baik.

Jessipun sontak langsung memberikan kaca miliknya kepada Diva. "Astaga, rambut gue!" teriaknya histeris saat melihat rambutnya sudah seperti raja hutan.

"Duh, miris banget gue tuh sama lo Div? Kesel sama kak Dallas sampe kebawa stress kayak gini" ujar Jessi tertawa sambil melihat raut wajahnya Diva.

Divapun terlihat tidak perduli, baginya yang lebih penting sekarang ini adalah merapikan tatanan rambutnya, yang sudah terlihat seperti raja hutan.

🌲🌲🌲

Lain halnya dengan yang dilakukan Dallas di ruang perpustakaan. Dirinya memang sangat jarang mengunjuki tempat tersebut. Bahkan langsung bisa dihitung jika mahasiswa tersebut mengunjungi perpustakaan tidak lebih dari lima kali.

"Woy Las! Tumben lo keperpus, ada angin apaan nih" sapa salah satu mahasiswa yang bernama Xion.

Dallas berkata tanpa mengalihkan tatapan matanya dari buku tersebut "Lagi butuh referensi gue" Xion menatapnya dengan sedikit tersenyum.

"Orang kayak lo butuh referensi juga Las?" ledek Xion sambil menepuk sebelah bahu milik dallas.

"Nih anak, ngeledek aja bisanya" tukas Dallas langsung menghempaskan tangannya Xion dari bahu miliknya.

Xion berkata dengan sifatnya yang easy going "Easy Las! Gue cuma bercanda kali, dibawa serius amat si lo"

Setelah itu Xionpun pergieninggalkan perpus setelah berbincang beberapa hal dengannys Sedangkan Dallas sendiri masih setia dengan buku yang sedang dibacanya.

Tiba-tiba saja ada hal yang terbesit dikepalanya Dallas tentang yang papahnya  katakan. Sejujurnya dirinya tidak ingin menghadiri acara pernikahan papahnya itu, ditambah lagi Dallas merasa telah menyakiti mamahnya yang sudah tenang dialam kubur.

Namun apa daya! Dallas tidak bisa berbuat apa-apa dengan kekuasaan yang papahnya punya. "Mah! Apa Dallas harus hadir diacara pernikahannya papah?" tukasnya membatin sambil melihat kearah sinar matahari yang menyinarinya.

Saat Dallas sedang termenung memikirkan masalahnya. Terdengar suara yang saling bergesakan antara kursi dan lantai. Dirinya langsung saja memalingkah wajahnya saat mendengar suara itu.

"Ternyata lo!" pungkas Dallas dengan ekspresi dinginnya. Suara yang baru saja dirinya dengar tadi, asalnya dari Louis yang menarik sebuah kursi disebelahnya.

Dallas bisa melihat jika saat ini Louis menatapnya dengan tatapan meremehkan. Bahkan bisa dibilang juga terkesan sombong.

"Kenapa? Enggak suka kalau gue disini?" tukas Louis tersenyum miring sambil membolak-balikan halaman bukunya.

"Ck! Sayangnya gue enggak punya banyak waktu cuma karena ngurusin orang kayak lo" terang Dallas dengan tatapannya yang tak kalah sinis.

Louispun langsung tertawa renyah saat mendengarnya "Ternyata orang kayak lo masih punya waktu juga, ya? Gue kira udah enggak ada. Gue sih berharapnya kalau lo itu cepet-cepet jengukin nyokap lo. Kasihan dia disanan sendirian, temenin gih" sambung Louis dengan seenaknya saja sambil menatap Dallas yang kini sudah terlihat kesal.

SRETTT

Tidak terima dengan ucapannya Louis, Dallas langsung saja menarik kerah baju milik calon adik tirinya dengan sebelah tangannya yang sudah tekepal dengan sangat erat.

BUKKK

Tidak bisa menahan amarah yang sedang berkobar, Dallaspun langsung melayangkan pukulannya tepat diwajah tampan Louis. Sedetik kemudian terlihat cairan berwana merah yang keluar dari sudut bibirnya.

Mendengar kegaduhan diantara Dallas dan Louis membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian di perpus. Bahkan ekspresi dari mereka hampir semuanya merasa terkejut.

"Jangan! pernah lo hina nyokap gue, terlebih lagi menyinggung soal kematiannya" tukas Dallas dengan tatapannya yang begitu mematikan, terlebih lagi dengan aura dinginnya yang menyelimuti.

Louis langsung menyeka cairan berwarna merah itu menggunakan ibu jarinya. Taklama datanglah Lexi menghentikan keduanya "Las udah! Lo enggak liat kalau lo udah jadi bahan tontonan sekarang?" imbuh Lexi menarik Dallas untuk menjauh dari Louis.

"Lepasin gue Lex! Gue masih belum puas kasih pelajaran sama nih anak" tukas Dallas sambil menepis tangan milik Lexi.

Melihat Dallas ingin berbuat sesuatu kepada Louis, membuat Lexi langsung menariknya pergi dari ruang perpustakaan.

"Awas lo Dallas! Gue pasti akan balas semua perbuatan lo" kata Louis sambil melihat kepergiannya dan juge Lexi.

Setelah keluar dari ruang perpus, Dallas tiba-tiba saja pergi meninggalkannya. Lexipun langsung mengjear ketinggalannya "Tuh anak, cari masalah apa lagi sama lo?" ucap dengan kedua tangannya yang terlipat.

Dallaspun tidak membalas pertanyaan Lexi dan hanya terdiam menatap kedepan. "Oke, gue ngerti! Gue enggak akan ikut campur kedalam masalah keluarga lo" tukasnya dengan satu tarikan napas.

"Ohh iya, gimana soal Diva? Lo udah bilang ke anaknya?" ujar Lexi tiba-tiba mengganti topik pembicaraannya.

Mendengar ucapannya Lexi membuat Dallas langsung terhenti seketika. "Ahh iya! Gue baru inget, kalau gitu gue cari tuh anak dulu, ya" tukasnya sambil menepuk dahi miliknya.

"Barusan gue liat tuh anak lagi ditaman bareng Jessi" tukas Lexi memberitahukan keberadaannya Diva.

Dallas membalas "Oke, thanks ya Lex! Kalau gitu gue duluan".

Kemudian Dallaspun pergi menemui Diva ditaman. Sementara Lexi pergi entah kemana.







>>>NEXT<<<

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Where stories live. Discover now