Diva? Cantik Sepeperti Namanya

11 4 0
                                    

Suara ketikan papan keyboard terdengar saling bersahutan ketika Dallas dan Diva mulai masuk kedalam sebuah gedung tinggi yang berlapiskan kaca.

Dallaspun menarik Diva sambil melewati beberapa karyawan yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya. "Kak Dallas kenapa si suka banget ajak saya ketempat yang enggak jelas kayak gini?" ucapnya menggerutu sambil mengikuti langkah kaki seniornya.

"Lo tuh enggak dimana-mana bawel ya? Diam aja kenapa si" tukas Dallas dengan tatapan sinisnya. Setelah itu dirinya membawa Diva menaiki lift menuju lantai lima belas.

Saat sudah sampai dilantai yang tuju, Dallaspun kembali menarik Diva menuju ruang kerja papahnya. Namum belum sampai didepan pintu, tiba-tiba saja sekertaris papahnya itu menghampirinya.

"Mas Dallas ingin bertemu dengan pak Darwin ya?" tanya sekertaris tersebut sopan dan sedikit menundukkan kepalnya. Divapun malah bingung saat karyawan wanita tersebut terlihat begitu menghormati seniornya.

Dallas berkata "Iya! Gue mau ketemu sama bokap gue, dia ada diruangannya kan?"

"Sayangnya pak Darwin sedang ada rapat sekarang! Jadi beliau sedang tidak ada diruangannya. Tapi kalau mas Dallas ingin menunggu, mas dallas bisa menunggunya didalam ruangannya" tutur sekertaris tersebut sambil menatapnya.

Dallaspun langsung menolaknya "Enggak perlu! Gue akan ketempat lain selagi nunggu bokap gue selesai rapat" tukasnya yang langsung menarik Diva pergi meninggalkan sekertaris papahnya.

Sedangkan Diva hanya bisa pasrah dan membiarkan Dallas membawanya kemanapun yang dallas mau. Tak lama mahasiswi itu  melihat jika seniornya sedang membuka benda persegi panjang yang berwarna abu-abu.

Setelah membukanya angin kencangpun datang yang membuat rambut panjang Diva berkibar. Ternyata Dallas membawa perempuan itu keatas rooftop untuk melatih kembali phobia yang dimilikinya.

"Kak Dallas kenapa bawa saya keatas rooftop lagi sih? Saya kan udah bilang kalau saya itu phobia sama ketinggian" protes Diva yang mencoba melepaskan tangannya dari seniirnya itu.

Dallas membalasnya sambil menatap Diva dengan lekat "Lo lupa ya! Kalau gue mau bantuin lo hilangin phobia lo itu"

"Tapi kan kak, enggak langsung ekstream kayak gini juga" tukas Diva yang sudah gemetar saat memegang pergelangan tangannya Dallas.

Dallas berkata sambil melihat sorot mata Diva yang menampakkan ketakutan dan juga rasa was-was "Bahkan lo belum apa-apa aja udah gemetar dan keringat dingin! Lo emang harus dikasih treatment buat ngurangin phobia lo itu Div"

"Percaya sama gue Div! Gue enggak punya niat jahat sedikitpun sama lo, gue cuma mau lo bisa ngurangin phobia lo itu" sambung Dallas sambil menyakinkan Diva dengan sorot matanya yang dalam.

Dallaspun mengulurkan tangnnya dihadapan Diva "Lo percaya kan sama gue?" ucapnya dengan senyum tulusnya yang tak pernah dirinya tunjukkankan kepada siapapun.

Tiba-tiba saja Diva merasa berdebar saat Dallas tersenyum kepadanya. Semburat merahpun muncul dikedua pipinya.

"Div! Lo denger gue kan?" tukas Dallas sambil memperhatikan Diva yang terlihat terdiam.

Divapun yang sadar langsung membalasnya "Denger kok! Denger"

Sedetik kemudian Dallaspun langsung meraih tangan Diva, dan membawanya kepinggir rooftop, untuk memeperlihatkan kepadanya pemandangan yang begitu indah dari atas ketinggian.

"Div! Lo harus liat ini" tukas Dallas memejamkan mata sambil merasakan udara yang begitu sejuk.

Namun lain halnya dengan yang dilakukan Diva, dirinya terlihat memejamkan matanya sambil bersembunyi dibelakang tubuhnya Dallas.

PHANTOM PAIN || TERBIT || [PENERBIT GUEPEDIA]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz