Part 3 I Sebuah Alasan

179 50 32
                                    

Di SMA Harapan Bangsa

Setelah semua mata pelajaran berakhir, tidak seperti kebanyakan siswa lainnya yang lebih senang meninggalkan area sekolah setelah mendengar bunyi bel pulang berdering. Andra dan Nado lebih memilih menghabiskan sebagian waktunya sampai menjelang magrib untuk bercokol di kantin Bi Tati.

Dua pemuda yang merupakan sahabat sekaligus teman sebangku itu, kini duduk bersantai, bersampingan di satu kursi kayu berbentuk persegi panjang di luar kantin.

" Beneran akhirnya lo buat keputusan putus sama Kiran?" Nado ingin memastikan setelah selintingan rumor yang beredar luas di sekolah.

"Cepet amat nyebarnya," santai Andra menunjukan ekspresi wajah datar.

"Lo kan sama si Kiran selebskul, ditambah mantan cewek lo itu dari bawaan lahirnya pengennya nemplok mulu sama lo. Perumpamaanya kayak gini, lo tuh kelepon, nah tuh cewek parutan kelapanya, nempel kan?" ledek Nado memasang cengiran kudanya.

"Sadis lo!" singkat Andra menggelengkan kepalanya.

"Kapan putusnya? Setelah lo cerita itu?"

"Hmm, besoknya."

"Oh...baguslah gue dukung. Ya walau gue nggak tau rasanya,cuma kalo gue sih kayaknya enggak nyaman aja, pacaran sama sahabat dari kecil."

"Hmm."

"Iyalah status cuma pelarian lo, untung lo cepet insaf."

Andra hanya merespons dengan senyuman yang tak bisa didefinisikan.

"Eh ngomong-ngomong mie gue sama teh manis udah dibikin belum ya sama Bi Tat?" Nado yang punya kebiasaan memanggil yang punya kantin dengan sebutan Bi Tat itu tampak celingukan kepalanya ke dalam kantin.

"Bi Tatttt udah jadi belum? Mana nih jamuan spesialnya?" teriak Nado tidak sabaran.

"Iya iya ini siap diantar Nak Nado." Bi Tati tergopoh-gopoh ke luar membawakan satu mangkok berisi mie goreng dan es teh manis ke hadapan Nado.

"Santai aja kali Do, kasian Bi Tati,"

"Lo enggak mau makan?" Nado bertanya sembari membantu Bi Tati menurunkan semua pesanannya ke meja.

"Masih kenyang,"

"Bi Tat,makasih ya." Nado mengerlingkan satu matanya kemudian cepat-cepat menunduk melahap mie yang tadi ditunggunya.

"Pelan-pelan Nak Nado makannya, entar keselek lagi," kekeh Bi Tati yang kemudian permisi ke Andra untuk masuk lagi ke kantin.

"Lo mwau nwontonin gwe dwoang..slurrp.." Nado mengajak ngobrol Andra dengan mulut yang penuh dengan mie goreng yang masih di seruput dan dikunyahnya.

"Ck, mending lo sekalian bikin konten mukbang aja Do.Nanggung!" Andra menggeleng kepala seraya memasukkan dua tangan ke dalam saku celananya.

"Arggh...segerrr.." Nado kali ini menyeruput es teh manisnya, tanpa memedulikan ledekan sahabatnya.

"Ini pohon makin rindang aja,makin adem."Andra memandang pohon yang tak jauh dari tempat duduknya.

"Iya adem banget kan? kayak wajah gue," celetuk Nado.

Andra yang malas menanggapi guyonan receh sahabatnya hanya menjawab "Terserah lo!"

Di dekat kantin Bi Tati memang berdiri pohon mangga yang rindang dan daunnya cukup lebat. Di bawah pohon itu, terdapat tempat duduk yang berbentuk melingkar mengitari pohonnya. Biasanya, sebagian para siswa memanfaatkannya sebagai tempat singgah, bernaung bahkan tempat mereka bersembunyi dari teriknya sinar matahari di saat jam istirahat.

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now