Part 32 I Sachi Versus Kiran

63 9 0
                                    

Nado menyenggol lengan Andra karena dia tampak jenuh dengan pelajaran matematika yang sedang diterangkan Pak Danu tentang Pertidaksamaan Linear Dua Variabel.

"Tumben lo enggak semangat, abis perlombaan kena anemia lo?" bisik Nado mendelik pada sahabatnya.

Andra mendengkus berat mendengar gurauan nyeleneh Nado, suasana hatinya memang sedang semrawut saat pagi tadi Mamanya kembali membicarakan Papanya.

"Berapa menit lagi ni selesai pelajaran?"jawab Andra melirik Nado yang malah asyik menggambar tak keruan di buku tulisnya.

"Emang lo enggak pake jam tangan, tumben lo." Nado balik bertanya sembari alisnya turun sampai ke matanya yang penasaran, "Lima menit lagi," lanjut Nado masih memasang ekspresi setengah menyelidik.

Kringgggg...kriiingggggggg........

"Oke anak-anak sudah jelas ya? Jika persamaan tersebut dihubungkan dengan tanda < atau > maka garis dilukis secara putus-putus.Oke karena bel sudah berdering, tiga soal selanjutnya dikerjakan di rumah menggunakan metode Substitusi dan Metode Koefisien y oke, lusa kita bahas kembali."

Pak Danu kemudian menutup akhir kalimatnya dengan salam lalu beliau pun meninggalkan ruangan kelas diiringi riuh suara para siswa yang antusias untuk segera meninggalkan ruangan menuju kantin.

"Lo kenapa sih?"Nado lagi-lagi penasaran karena Andra masih juga betah memasang muka dinginnya."Bukannya pengumuman masih semingguan lagi?"

"Enggak ada hubungannya sama itu."

"Terus?"

Andra seketika menghentakkan napasnya, "Nyokap nyuruh gue ketemu Bokap."

Nado langsung menunjukkan ekspresi prihatin.

"Gue enggak butuh dikasihanin," celetuk Andra menengok sekilas pada Nado.

Nado berdecak pelan, "Enggak usah ke kantin dulu deh Bro. Kita kesitu dulu tuh yok!" Nado menunjuk ke satu bangku persegi panjang di taman yang tak jauh dari kelas mereka, tampak tempat itu sepi dari hilir mudik para siswa.

"Oh jadi itu yang bikin lo kayak orang anemia?" Ledekan Nado terbukti berhasil menarik sedikit sudut bibir Andra ke atas saat keduanya sudah duduk bersisian. "Kenapa enggak lo chat aja sih, bilang kalo lo lagi sibuk sama kegiatan sekolah,"usul Nado.

Andra menggeleng dua kali," Gue enggak mau asma Nyokap kambuh kalo tahu Bokap ngelaporin gue ke dia."

"Emang nyokap lo ikut?"

"Mana mau."

Nado mengangguk cepat, "Gue paham. Emang bener kan istilah kata orang zaman dulu. Enggak ada yang namanya bekas anak.Ck ketu banget bahasa gue." Nado tergelak memutar bola mata.

Andra mengangkat bahu tak peduli.

"Udah mending lo ladenin kemauan bokap lo dulu aja. Gue yakin, dia kali ini enggak bakal bawa si Nayla."

Andra tercenung, "Nayla.." Dia lalu bergumam seraya menarik napas dalam-dalam.

"Ngomong-ngomong Sachi apa kabarnya? Lo belum ketemu dia lagi setelah insiden kekurung berdua?" kekeh Nado.

Entah kenapa setiap mendengar nama Nayla, alam bawah sadar Nado seakan digerakkan untuk mengingat gadis itu. Mungkin karena kemiripan wajah yang pernah Andra ungkapkan padanya.Entahlah Nado kadang penasaran untuk melihat langsung rupa Nayla, meski Andra bilang sudah tidak ada kemiripan sama sekali dengan Sachi. Tapi siapa tahu kan? Masih ada sisa-sisa wajah lamanya yang bisa Nado lihat berdasarkan versi penilaiannya.

"Terakhir ketemu di toko buku setelah perlombaan, dia ikut lomba KSN ngewakilin sekolahnya. Kebetulan tempat lombanya berjarak enggak terlalu jauh ke Museum Basuki.Gue juga ketemu dia di sana."

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now