Part 31 I Bookstore

90 10 0
                                    

Andra dan Alvan hampir menyelesaikan sesi kolaborasi mereka dengan kerjasama yang sangat baik. Andra merasa puas, meski Alvan sudah pernah mengikuti ajang perlombaan sejenis ini, nyatanya dia sama sekali tidak mendominasi saat berbagi peran. Dalam pembuatan sketsa kasar, keduanya memiliki sinkronisasi mata dan tangan yang mumpuni. Mereka dengan mudah bisa melihat pola dan tidak mengalami sedikit pun kesulitan.

"Oke Van, udah terlihat jelas gradasi warnanya."

"Garis vertikal di dinding perlu dipertegas lagi enggak sih?" tanya Alvan memastikan.

"Udah cukup, cuma pensil lo pilih yang agak tajeman lagi Van, biar hasil arsirannya lembut."

"Siap Bos,"jawab Alvan mengangguk cepat.

Lima menit sebelum panitia pengawas mengumumkan kalimat sudah habis waktunya, Andra dan Alvan saling melirik lega dan kompak mengembangkan senyuman puas di raut wajah keduanya.

Kemudian saat bunyi sirine alarm mulai mendering, semua para peserta pun dilarang menyentuh kertas kerja mereka dan wajib mengangkat kedua tangan ke atas tinggi-tinggi.

"Nunggu seminggu lagi pengumumannya." Alvan membereskan semua peralatan menggambarnya seraya menengok Andra yang tengah menyampirkan tali tabung gambar ke bahunya.

"Mudah-mudahan sesuai harapan." Andra membuang napas lalu mengedikkan dagu ke Alvanꟷ kode supaya mereka segera keluar ruangan. "Nyari makan dimana kita?" lanjut Andra sembari berjalan beriringan menuju pintu luar.

"Foodcourt kampus Parahyangan aja, banyak jenisnya di sana,"tawar Alvan yang langsung di sambut ekspresi mengernyitꟷmeski Alvan tak menyadarinya.

-----

"Bii..nunggu disitu aja yuk, lumayan bisa duduk-duduk sekalian berteduh di bawah pohon,"ajak Larisia menunjuk ke satu tempat kosong incarannya.

"Hayuk.." Sachi dan Larisia bergandengan tangan seraya membicarakan dua manusia di belakang mereka yang masih juga terlihat seru membahas soal-soal matematika.

Hanya....saat Sachi dan Larisia masih menunggu di tempat teduh, seseorang tiba-tiba menegurnya dalam jarak yang tidak cukup jauh. Sachi dan Larisia, refleks menoleh ke samping berbarengan.

"Lagi ngapain? Udah selesai lombanya?"

Indra pendengaran Sachi mendadak jadi terasa menyesak padahal pertanyaan itu datang dari radius yang cukup dekat.

"Oꟷoh, iya.Lagi nunggu yang lainnya." Sachi tergagap gugup, otaknya terasa kebas pada kebetulan yang tidak diduganya. Dia lupa bahwa pemuda yang barusan menyapanya ini sedang mengikuti lomba juga yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

Andra lalu merespons dengan satu anggukan kepala.

"Eh Dra..sekalian dikenalin atuh!" Alvan yang sedari tadi menunggu inisiatif Andra yang tak kunjung muncul pun memutus untuk menegur halus temannya itu.

"Ooh, kenalin ini Alvan, partner gue di perlombaan."

Seketika ingatan Sachi terbit dan menajam. Dia baru sadar bahwa Andra sedang mengikuti perlombaan di museum Basukiꟷ tak jauh dari tempatnya.

"Sachi dan ini Lala." Sachi membalas uluran tangan Alvan. Lalu bergantian Alvan pun berjabat tangan dengan Larisia.

"La..ini Andra, dia.."

"Kita tetangga di satu gedung sekolahan, tetanggaan rumah juga." Andra memotong kalimat Sachi dan memasang jurus poker facenya.

"Iꟷiya, tetangga juga." Sachi berusaha melebarkan sudut bibirnya yang terasa kaku pada Larisia. Sachi merasa aneh sendiri, padahal dulu Andra memintanya untuk pura-pura tak saling kenal. Meski pemuda itu sudah meminta maaf, entah kenapa rasanya masih menjanggalkan saat Andra berkata seperti tadi.

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now