Part 41 I Sisi Lain Kiran

66 6 0
                                    

Sachi menghela napas lega saat sudah mengumpulkan kertas ulangan dadakan mata pelajaran sejarah. Bu Tika menurut Sachi termasuk guru yang tidak bisa diperkirakan jalan pikirannya. Sachi bersyukur dia sempat mengerjakan soal-soal sejarah di Lembar Kerja Siswa saat itu, tidak ditugaskan ꟷhanya inisiatif sendiri saat pikirannya dipenuhi hal-hal yang menyangkut tetangga depan rumahnya. Siapa lagi kalau bukan Kalandra.

"Bi...malah ngelamun, itu es jeruknya udah merengek minta di seruput," sindir Nina melirik wajah sahabatnya yang tampak jiwa dan raga seperti mengambang tak berarah.

"O-oh.." Sachi yang sadar segera membuka sedikit mulutnya,menempelkan ujung sedotan lalu menyeruput minumannya.

"Kenapa ? Mikirin ulang dadakan tadi atau... soal Bunda?"

"Aman kok semuanya."

"Ya kan..enggak mungkin soal dua masalah tadi," geleng Nina menepis pikiran salahnya. "Kalo gitu...berarti soal Andra Kim Seok Jin," tebak Nina, dia bertaruh ...kali ini keyakinannya seribu persen mengandung kebenaran.

"Yaa gitu," jawab Sachi tersirat apa adanya.

Nina menghela napas ringan." Bi.."

"Hmm.."

"Kamu udah ngerasa nyaman ya deket sama dia?"

"Hmm...enggak bisa dijelasin sih Na. Eh ini belum cinta kan?" polos Sachi, entah dalam ucapannya terselip sedikit candaan atau pengakuan tak kasat mata secara tidak langsung.Tapi Sachi memang memasang mimik yang lumayan serius.

"Kamu yang paling tahu Bi.., di-si-ni." Telunjuk Nina mengarah ke rongga dada sebelah kanan Sachi.

Sachi menggeleng samar seraya mengernyit, " Bingung..," tutup Sachi sembari menumpukan dua tangannya ke atas meja.

----

Sachi dan Nina beriringan menuju perpustakaan hendak mengantar semua buku yang sudah dipinjam Sachi. Nina selalu merasa sahabatnya ini selain kutu buku, dia juga seorang yang hidupnya terkonsep terutama saat berhubungan dengan mimpi yang ingin dicapainya.

Oke..mungkin Sachi sampai sekarang masih belum menyadari, sebenarnya ada perubahan dasar yang mewarnai kehidupan monotonnya, Kalandra salah satu pemuda yang bisa menyusup pada warna monokrom di cerita kehidupan Sachi.

"Na...udah sana temuin dulu Gilang!" Sachi yang sudah sampai depan pintu perpustakaan menyuruh Nina untuk tidak perlu lagi mengantarnya sampai masuk ke dalam.

"Beneran...enggak apa-apa kamu sendiri?"

"Bener, kemarin-kemarin juga kan aku ambil buku-buku ini sendirian."

"Tapi jangan ngelamun lagi ya.."

"Iyaa bawel.."

Nina menjawil gemas pipi sahabatnya lalu memutar badannya berlari kecil meski sesekali dirinya menoleh ke belakang seraya melambaikan dua tangannya pada Sachi. Sachi membalas lambaian tangan sahabatnya, dalam hati Sachi merasa cukup senang, Nina tidak lagi memanfaatkan kebaikan dan perasaan Gilang.

Sachi masuk ke ruang perpustakaan, seperti biasa tempat itu selalu ramai dipenuhi siswa sekolah Harapan Bangsa, memang perpustakaan itu milik mereka, Sachi hanyalah bagian dari segelintir siswa Lentera Bangsa yang menggunakan fasilitas mereka.

"Total jadi tiga buku ya," ujar petugas perpus setelah Sachi memperlihatkan kartu tanda anggota dan melihat rincian buku dari data komputer di depannya.

Sachi mengangguk kemudian mengangsurkan semua buku yang sudah dipinjamnya.

"Tidak ada denda. Mau pinjam lagi?"tanyanya.

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now