Part 13 I Saran Kak Shano

128 35 7
                                    

Sachi melangkah lesu saat turun dari bus jemputan sekolah. Sebelumnya Sachi mengatakan ke Pak Kondektur untuk diturunkan di luar gerbang perumahan saja. Pikiran Sachi sedang tidak normal, otaknya sedang tidak segar, paru-parunya serasa akan meledak. Sachi butuh menghirup banyak oksigen, ada desakan rasa sesak apalagi saat harus membayangkan lagi sosok "makhluk hidup aneh" dan membayangkan kata-kata Nina yang terus menggeliat tidak nyaman di pikiran Sachi.

Satu gedung sekolah? Yang benar saja! Belum sehari jadi tetangganya, Sachi seolah harus membentuk dirinya menjadi manusia paling sabar. Sabar menghadapi makhluk aneh yang bersikap semau sendiri. Kepala Sachi mendadak meriang.

Sachi tiba di tempat yang ingin di tujunya. Dia membuka pintu minimarket mencari camilan ataupun minuman yang bisa menambah level moodnya menjadi lebih segar. Sachi kali ini berjalan mendekati lemari pendingin, namun saat dia sudah membuka lemari pendingin dan memegang satu botol susu rasa cokelat kesukaannya, tiba-tiba  di sampingnya pun  berbarengan tangan seseorang memegang juga botol minuman di sebelah minuman kesukaan Sachi. Sachi dan orang itu pun seketika menoleh bersamaan. Manik mata keduanya bertemu.Sachi tanpa sadar terhuyung ke belakang sementara orang di sisinya sedikit mengerjap tapi secepat itu pula dia mampu mengendalikan ekspresinya.

"Eh maaf," spontan Sachi terlebih dulu meraih satu botol susu cokelat  dari lemari pendingin disusul kemudian orang di sampingnya mengambil dua botol susu rasa stroberi.

Canggung...kepala Sachi nyaris terasa kaku.

"Gue ke kasir duluan!" ucapnya yang tak lain orang itu adalah Andraꟷseorang yang dilabeli Sachi tetangga yang aneh.

Sachi masih mematung di tempat sedangkan Andra lanjut berjalan melewati Sachi sembari menutupi kepalanya dengan penutup hoodie berwarna hitam. Mata Sachi mengerjap beberapa kali,pikirannya ditekan untuk segera sadar bahwa yang barusan dilihatnya tadi adalah kenyataan. Sachi mulai menarik napas dalam-dalam, dia berusaha mengontrol jalan napasnya yang mendadak terasa berat.

Tenang Sachi.... tenang...hibur gadis dalam batinnya...

-------

Sachi tiba di meja kasir. Seraya menunggu antrian, bola matanya bergerak menelusuri segala arah. Entah kenapa ada rasa lega yang hinggap saat makhluk aneh itu tak lagi tertangkap oleh matanya. Setidaknya pikiran Sachi terasa normal, itu menurut pandangannya. Walaupun  Sachi masih setengah bingung, karena gadis di batinnya seolah tak suka dengan jalan pikirannya.

"Cuma ini neng?" tanya ramah mbak kasir saat tiba giliran Sachi hendak membayar.

Sachi menganguk lemah, dia tidak mengerti kenapa perutnya jadi terasa kenyang padahal sebelum bertemu manusia tadi, Sachi sudah membuat list di otaknya, bayangan jenis camilan apa saja yang akan dibelinya.

"Ini ya neng semua sudah dibayar, terimakasih," lanjut mbak kasir memberikan satu kantong plastik warna putih berisi minuman yang dibeli Sachi dan beberapa camilan yang membuat kening Sachi mengernyit bingung.

"Sudah dibayar? Maksud mbak? Saya kan belinya susu cokelat ini saja." Sachi  menjawab seraya menerka-nerka siapa yang membelikan dia camilan sebanyak ini.

"Iya neng sudah dibayar semua sama cowok ganteng tadi. Dia bilang temennya neng."

"HAA? APA?" sontak bola mata Sachi membulat sempurna. Dengan cepat dia memutar kepalanya ke luar minimarket, berpikir siapa tahu Sachi masih bisa melihat Andra. Tapi sayang, hasilnya ternyata NIHIL.

------

Lewat jam 10 malam, Sachi masih juga berkutat mempelajari lagi soal-soal matematika, salah satunya beberapa soal yang tadi sore sudah dibahasnya dengan Aksa. Sachi hanya bertahan sampai menguraikan soal nomor dua puluh, selebihnya dia memainkan pensil di tangannya lalu menoleh ke belakang menatap lekat kantong plastik putih berisi camilan yang tadi dibelikan Andra tanpa sepengetahuannya.

Meet You (Serendipity)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon