Part 24 I Seni Rupa dan KSN

96 23 15
                                    

Hari pertama Sachi, Aksa dan Larisia mulai disibukan dengan tanggung jawab menjadi para siswa yang diberikan kepercayaan oleh sekolah untuk mengikuti ajang KSN. Bu Ana bersama satu rekannyaꟷbernama Pak Dima, keduanya pun mulai berkonsentrasi menjalankan tugas menjadi tutor bagi ketiga siswa yang terpilih tersebut.

Di bidang matematika ꟷ Aksa diberikan tugas mengerjakan sekumpulan soal bilangan dan juga aljabar. Di bidang IPS ꟷ Sachi diberikan tugas menganalisis dan memahami materi kondisi geografi Indonesia, institusi sosial dan dinamika interaksi manusia. Sedangkan di bidang IPA ꟷ Larisia diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal mengenai besaran, satuan, pengukuran lalu gerak dan gaya serta IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa).

Ketiganya tampak begitu serius dan giat untuk bisa memahami dan menyelesaikan segala bentuk soal yang diberikan para tutor pada mereka. Hingga di bagian sesi pertanyaan menjelang akhir pembinaan hari pertama, Sachi dinyatakan termasuk peserta yang dinilai Bu Ana kurang berkonsentrasi karena beberapa kali, gadis itu melakukan kesalahan dalam menjawab beberapa soal yang diajukan.

"Sachi...saya minta kamu jangan dulu keluar dari ruangan ya? Saya mau bicara sebentar sama kamu."

Sachi termangu memandang Bu Ana yang serius menatapnya. Dia melihat tidak ada kemarahan apalagi menyalahkan dari ekspresi wanita paruh baya itu. Sachi hanya merasa, tutornya seperti akan memberinya beragam pertanyaan di luar pembinaan KSN. Tapi entahlah, Sachi hanya mencoba menerka saja.

"Baik Bu," pasrah Sachi setengah menunduk sembari mengembuskan napas pelan.

"Kamu enggak apa-apa kan aku tinggal duluan?" bisik larisiaꟷgadis yang biasa dipanggil Lala tersebut.

"Iya La, enggak apa-apa. Sampai jumpa besok ya." Sachi menoleh seraya memulas senyuman kecil.

"OK." Lala menepuk beberapa kali bahu Sachi seolah dia ingin memberinya energi semangat secara tidak langsung.Tak lama kemudian... gadis itu berdiri ke luar dari rongga bangku seraya sorot matanya menunjukan isyarat pada Aksa bahwa dia akan keluar dari ruangan terlebih dahulu.

Di saat Sachi sudah membereskan semua peralatan tulisnya dan bangkit dari tempat duduk hendak melangkah menghadap Bu Ana, tiba-tiba sesosok pemuda telah berdiri di sampingnya yang sontak membuat gadis itu terkesiap.

"Sori Bi, bikin kaget ya?" tanya Aksa menarik sudut bibirnya, melengkung membentuk satu garis mengembangkan senyuman samar.

"Hampir," jawab Sachi memicingkan matanya.

Aksa terkekeh pelan," Gue tunggu di luar ya?" lirihnya.

"Hmm?" Kening Sachi mengernyit bingung.

"Maksudnya, gue bakal nungguin lo sampai selesai," terang Aksa.

Sachi menghela napas singkat, "Enggak usah Aksa.., aku enggak apa-apa pulang sendiri. Enggak mau repotin Aksa. Aksa juga pasti kan ada kegiatan lain."

Mendengar jawaban Sachi, Aksa mengulum senyum dan menggeleng kecil, "Enggak Bi. Gue enggak ada kegiatan apa-apa lagi abis ini. Lagian bus jemputan juga kalo lewat jam enam sore kan udah enggak ada."

Sachi yang baru sadar ketika diingatkan tentang bus sekolah, langsung melepaskan napas berat, " Iya juga sih.."

"Iya kan? Yaudah sana, udah ditunggu Bu Ana!" Aksa mengedikkan dagu ke arah meja para tutor sembari senyum hangatnya tetap melekat di bibir.

Sachi mengangguk, "Aku duluan ya.Makasih Aksa." Sachi kembali mengayunkan kaki setelah melewati anggukan kepala Aksa yang menegaskan bahwa pemuda itu akan menunggunya. Kemudian setelah berjalan beberapa langkah di depan, Sachi sengaja menoleh ke belakang, dia menangkap Aksa belum juga beranjak meninggalkan ruang pembinaan.

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now