Part 36 I Garis Lengkung Senyum

69 7 0
                                    

Andra dan Nado kembali mendatangi Kopital Seduhꟷtempat favorit keduanya untuk sekadar meringankan pikiran. Mereka kali ini memesan jenis minuman yang sama; cappuccino dengan rasa yang lebih mild dan smooth untuk dikonsumsi.

"Lo udah ketemu Bokap?" Nado bertanya kemudian menyesap cappuccino di depannya.

Andra menghentakkan punggungnya ke sandaran kursi," Belum. Gue beralasan asma nyokap kambuh."

Nado manggut-manggut. "Terus sekarang kondisi Tante Raya gimana? Udah jauh lebih baik?"

"Udah. Gue bersyukur ada Sachi yang nolongin. Nyokap bilang, Sachi sampai berusaha buat enggak nunjukin rasa paniknya."

"Tuh kan gue bilang juga apa? Enggak boleh berlebihan enggak suka sama orang. Apalagi orang itu enggak ada hubungannya sama permasalahan lo!"

Andra mengulum senyum dan memasang wajah pasrah dilempar nasihat pedas dari sahabatnya.

"Ngomong-ngomong Dra.."

"Hmm."

"Gue beneran udah enggak ngerti sama pikiran temen kecil lo! Gue waktu pulang anter si Kiran bawaan dia ketus mulu. Bakal cepet tua tu anak kalo dibiar-biarin!" decak Nado tak habis pikir.

"Kiran.." Sorot mata Andra tampak berpikir seraya mengaduk kopinya secara merata.

"Dia tuh kadang pikirannya luas, tapi kalo lagi kambuh pikiran sempitnya, Allahuakbar gue rasanya tuh ngeliat dia kayak perpaduan muka cewek lagi datang bulan sama orang lagi kena sembelit!" Nado berdecak kencang sementara kedua alis Andra saling bertautan membayangkan dua perumpamaan aneh dari sahabatnya.

"Alis lo kenapa menekuk gitu Dra?"

"Agak laen aja antara sembelit sama datang bulan."

"Ck, emang seriusan, lo wajib omongin dia Dra!"

"Gue udah ketemu kok."

"Seriusan dia nemuin lo?"

"Gue yang nyamperin. Gue ngobrol di belakang ruang lab."

"Oh lumayan sepi itu kan tempatnya. Terus dia meledak-ledak emosi?"

Andra lalu menceritakan secara runtut dimulai dari Kepala Sekolah ꟷMama Kiran meminta tolong padanya sampai berakhir Kiran masih tidak terima dia dekat dengan Sachi.

Nado mendengarkan serius semua cerita Andra sambil menyesap kembali kopinya hingga tandas . Lalu saat cangkir sudah dikembalikan ke tempatnya, Nado menggeleng kuat seakan takaran kesabarannya tidak akan bisa selevel Andra.

"Gue kayaknya enggak bisa kayak lo deh Dra yang tenangan gitu. Gue sih kalo punya temen sejenis itu, gue bakal ikut marah juga. Gila aja, deket sama cowok dia ngiri. Deket sama cewek lebih parah lagi! Itu dia sifatnya bocah banget! Nikah sama dia mah lo musti tinggal di hutan Dra, yang minim interaksi sama manusia!" sungut Andra sembari memasang wajah ilfilnya.

Andra refleks mengurut pelan pelipisnya." Karena gue masih enggak tega aja Do. ditambah gue ngehormatin nyokapnya juga."

Nado tampak menghela napasnya lalu manggut-manggut tanda memahami posisi sahabatnya.

"Dra, gue mau nanya lagi. Tapi lo jangan balik nanya nih, enggak seneng gue!"

"Nanya apa?" Andra menyesap terakhir sisa kopi di cangkirnya lalu meletakkannya lagi ke meja dan fokus menyimak pertanyaan Nado.

"Lo suka enggak sih sama Sachi?"

Kening Andra langsung mengerut dengan cepat.

"Awas aja kalo jawabannya, kenapa lo nanya gitu?" terka Nado sembari menyempitkan kedua matanya.

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now