Part 40 I Petuah Keluarga

69 5 0
                                    

Flashback...

Andra dan Nayla duduk berhadapan di salah satu kedai kopi tak jauh dari book café tempat tadi keduanya bertemu. Andra beberapa kali melirik jam tangannya karena dia tidak ingin membiarkan Sachi menunggunya terlalu lama, apalagi tadi dia pergi begitu saja tanpa berpamitan pada gadis itu.

Andra memang sempat melihat perubahan ekspresi Sachi saat dia dan Nayla saling berkenalan. Mungkin kalau disejajarkan menilai raut muka, meski Andra tadi terkesan masa bodoh, sekilas dia membaca mimik Sachi mendominasi perasaan bingung sementara Nayla mengesankan terkejut berlebihan karena mungkin...dia merasa merindukan wajah masalalunya. Entahlah... keduanya begitu menguarkan ekspresi yang bertolak belakang.

"Kenapa lagi?" Andra memasang muka malas seraya duduk bersandar pada punggung kursi.

"Makasih kamu sudah.."

"Lo bisa enggak? Enggak usah pake kamu aku-an lagi . Kayak dulu-dulu aja!" Andra melirik setengah hati sebelum memutus membuang wajahnya ke luar jendela.

"O-oh..tapi.."

"Gitu aja!" potong Andra , enggan mendengar kalimat bantahan Nayla. "Sekarang ke intinya aja. Lo mau ngomong apa?" tegas Andra to the point.

Hening...

Hanya jemari Nayla yang terus bergerak memutar-mutarkan botol minuman di hadapannya.

"Dra.."

Andra mengalihkan pandangan menunggu gadis itu bercerita meski ekspresinya tampak sekali keterpaksaannya.

"Gue ingin banget lo maafin gue. Gue ingin kita bisa komunikasi lagi. Gue sebenernya mau kita baik-baik lagi."

"Basi enggak sih obrolannya kayak gini terus?"sanggah Andra.

"Gue banyak merenung setelah gue kecelakaan itu Dra.."

Andra tergelak miris. Tubuhnya langsung menegap, jemarinya membentuk lingkaran saling mengait ke atas meja. " Lo enggak pura-pura lupa kan, gimana lo dulu manfaatin gue?" Andra sengaja memelankan suara meski tersirat nada tajam dan dingin dalam satu tarikan suaranya.

"Gue enggak pura-pura lupa. Pikiran gue saat itu...." Nayla mencoba menahan air matanya untuk tidak jatuh." Gue cuma pengen Mama keluar dari hubungannya yang enggak sehat, gue sakit liat Mama terus menerus bertengkar hebat sama Papa, Papa sering ngata-ngatain kasar Mama, bahkan pernah pukul Mama sampai bibirnya berdarah saking kenceng pukulan dia.Terus..gue harus diem aja? Enggak kan Dra..., saat gue tahu..Bokap lo cinta pertama Mama karena enggak sengaja baca catatan Mama zaman dulu. Apa gue enggak boleh Dra? Sedikit berharap, Bokap lo bisa bantu Mama keluar dari masalah ini."

"Enggak salah soal niatan lo. Minta bantuan sah-sah aja. Tapi kenapa harus manfaatin gue, setelah tahu cowok yang ada di buku catatan nyokap lo itu, Bokap gue!!"

"Gue mau jujur dan jelasin itu dari dulu Dra. Tapi lo terus ngehindarin gue dan langsung blokir nomor gue!"

"Lo enggak ada niatan jujur dan jelasin, apalagi minta maaf kalo enggak sampai kecelakaan gini, iya kan? "tuduh Andra menyunggingkan senyuman sinis.

"Enggak gitu Dra.."

Andra mendengkus kencang dan mengusap kasar keningnya, "Harusnya dulu sebisa mungkin lo enggak biarin Bokap nikahin Nyokap lo!"

"Tapi mereka berdua masih saling cinta Dra.."

"Saling cinta kata lo? Lo pengen Nyokap lo hidup seneng tapi bikin Nyokap gue, nanggung rasa sakit ditinggalin, gitu? Lo bisa ngerasain sakit saat Nyokap lo diperlakukan buruk sama Bokap lo, tapi lo enggak mikir, gimana perasaan gue saat Bokap mutusin ninggalin Nyokap gue demi Nyokap lo!" Andra menghela napas berat, sebelum akhirnya melanjutkan lagi serangannya. "Perumpamaannya sederhana... kayak mending lo gambar biasa aja di sinar yang remang tapi sinaran itu emang punya lo seadanya, daripada lo gambar sebagus apapun, seindah apapun warnanya... tapi kalo cahaya terangnya lo rebut, lo ambil dari punyanya orang, enggak ada nilai estetikanya juga gambar buatan lo itu!"

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now