Part 44 I Ini Cinta

92 5 0
                                    


Sachi kembali ke sekolah, hampir semua teman sekelasnya menghampiri dan senang melihat dirinya sudah bisa mengikuti pelajaran lagi. Sachi tentu dalam hatinya terharu, dia tidak menyangka akan seperhatian itu mereka padanya meski hal-hal sederhana seperti menanyakan kesehatannya atau berinisiatif menerangkan tugas dan materi selama dirinya tidak masuk sekolah atau sekadar mengatakan wajahnya sudah terlihat cerah dan segar.

Sachi kali ini duduk berhadapan di kantin bersama sahabatnya, mereka sengaja memilih meja yang memojok supaya obrolan yang berlabel rahasia itu tidak didengar oleh siswa lain yang masih hilir mudik di depan keduanya.

"Bi...beneran kamu enggak mau nanya langsung ke dia lagi soal perubahan kata aku kamu itu?"

Sachi menggeleng kuat, " Enggak mau Na. Kita anggap aja dia enggak pernah bilang begitu."

Nina menyeruput jus jeruknya terhitung cepat dan tandas lalu mencondongkan wajahnya lebih dekat pada sahabatnya yang tampak mengaduk-aduk malas es cokelatnya dengan sedotan plastik jenis Fresh Flexy .

"Kamu takut kegeeran?" bisik Nina menatap lekat Sachi yang kali ini tengah menyeruput pelan minumannya.

Sachi melepas sedotan sembari mengangkat kepala, "Bingung Na, otak tiba-tiba kerasa kebas."

"Masih suka ngilu di sebelah situ?" Telunjuk Nina bergerak mengarah ke dada sebelah kiri Sachi.

"Ini masih tetep sebatas kagum biasa kan?" Sachi balik bertanya, dia tidak tahu jenis jawaban apa yang tepat untuk diutarakan ke sahabatnya.

Nina menghentakkan napasnya lalu menautkan dua tangannya ke atas meja.

"Aku mau jujur sama kamu Bi..." Kepala Nina menengok ke kanan dan ke kiri sekadar memastikan pengunjung kantin tidak seramai sebelumnya.

"Jujur apa?"

"Saat kamu enggak masuk sekolah, Nado sering nanyain kabar kamu tiap hari ke aku, dia bilang buat dikasih tahu ke Andra. Soalnya tiap hari tu cowok pengen tahu kabar terbaru kamu terus."

"Kenapa enggak langsung nanya aja ya?"

"Mungkin sahabatnya perlu diurusin dulu."

"Iya sih.."

"Kamu belum tahu kan? Soal rekaman CCTV outdoor di belakang ruang laboratorium?"

"CCTV?" Alis Sachi menurun sampai ke matanya yang penasaran.

"Iya..bukti insiden kalian yang tertangkap kamera CCTV. Dan posisi pastinya memberatkan Kiran. Kepala Sekolah desas-desusnya sangat terpukul, sampai beberapa hari tidak masuk sekolah, mungkin merasa malu kali."

"Kenapa Kepala sekolah sampai segitunya?"

" Kepala Sekolah itu Mamanya Kiran lho.."

"Haah?"

"Emang Andra belum cerita?"

Sachi menggeleng dua kali " Aku malah baru.."

"Maaf...Ini Kak Sachi bukan ya?"

Sachi yang belum menyelesaikan kalimatnya refleks menoleh bersamaan dengan Nina.

"Iya.." Sachi menjawab sambil keningnya membentuk beberapa lipatan kecil. "Siapa ya?" lanjutnya sambil melirik sekilas sahabatnya yang tak jauh beda ekspresinya dengannya.

"Oh..kenalin Kak, saya Lana siswa SMA Harapan Bangsa. Saya dimintai tolong Bu Ira, Kepala Sekolah kami untuk Kakak menemui beliau di ruangannya sekarang."

Sachi dan Nina spontan beradu pandang penuh arti.

"Udah sana Bi.." Nina mengangguk samar, sorot matanya seakan menegaskan bahwa Sachi akan baik-baik saja di sana.

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now