Part 34 I Nomor Ponsel

68 8 0
                                    

Jam tiga sore Nina berpamitan pulang pada Bunda Muti. Kebetulan Bunda ada di rumah karena sedang mengambil cuti tahunan dari kantornya.

"Lho mau kemana? Enggak nginep aja Na? Kan malam minggu." Bunda berucap sambil punggung tangannya di sun oleh sahabat anaknya.

"Bunda kayak enggak pernah muda aja sih," kekeh Nina berkedip pada Sachi dan Sachi tampak melongo saat Bundanya menyempitkan mata padanya.

"Ini kalian lagi enggak kompak atau gimana. Yang satu kode-kodean, yang satu kayak orang kebingungan," ledek Bunda Muti melirik bergantian pada dua gadis di depannya.

Sachi melengkungkan senyuman miris sementara Nina melebarkan senyumnya.

"Bintang mah masih betah jomlo Bun."

Bunda Muti tertawa renyah,"Jadi yang udah enggak jomlo itu kamu Na?" Kedua alis Bunda Muti bergerak naik turun menggoda Nina.

"Aaah.. udah ah Bun, Bi anter Nina ke depan dulu ya!" Sachi dengan sengaja menyeret kencang lengan Nina. Dia tidak mau Nina makin meracau di depan Bundanya.

Lalu Nina yang tampak sempoyongan malah sesumbar di depan Bunda Muti," Tapi Bintang juga bentar lagi nyusul kok Bun, enggak bakal jadi jomlo kronis lagi lho!"

"Ih Apaan sih Na?"

"Serius? Beneran?" Suara Bunda Muti memekik tak percaya.

Sachi refleks menggeleng kuat, dia malah buru-buru membekap mulut Nina dan terus menariknya ke luar dari rumah.

-----

"Kamu kenapa sih bilang yang aneh-aneh sama Bunda? Sampe rumah pasti diwawancara ekslusif Na!"Sachi mendelik kesal lalu membuang napas berat.

"Iya...iya maaf. Aku tadi tuh cuma pengen becandain Bunda aja kok."

Sachi tergelak memutar bola mata sementara Nina refleks mengalungkan tangannya ke lengan Sachi"

"Eh Bi, ternyata jalan kaki lumayan cape juga ya tapi enggak apa apa deh, malah berasa romantis enggak sih? View komplek perumahan kamu asri banget soalnya," puji Nina yang berbinar matanya sambil menyenggolkan pinggangnya pada Sachi yang masih memberengut.

"Ck, waktu malem -malem yang telpon minta tolong beliin kado buat ayang Gilang juga, kayak gini ini perjuangan jalan kaki buat ke toko buku!" sindir Sachi melirik sedikit.

"Ih..mianhae...nde!" Nina memasang nada merayu, kali ini dia bergelayutan di lengannya Sachi.

Sachi yang mulai merasa risi, dengan cepat langsung menjawab," Iya..iya aku maafin. Udah udah ya.. berat Na." Sachi menarik lengannya berharap Nina segera melepaskannya.

"Gomawo.."

"Gwenchana -gwenchana." Meski dengan nada kaku, Sachi mencoba melafalkan kata itu dan anehnya dia malah jadi teringat pada aktor Lee Yi Kyung yang ekspresinya kerap melawak.

"Bi.."

"Yaa.."

"Tadi sekilas ngeliat rumah Andra, emang biasa sepi gitu ya."

"Enggak juga. Mungkin karena mereka masih belum pulang aja."

"Ooh. Emang dia berapa bersaudara sih?"

"Nado emang enggak cerita lagi sama kamu?"

"Aku enggak sempet nanya-nanya lagi. Terakhir ya cerita soal Nayla itu.

"Oh..aku juga enggak tahu. Zaman Bu Raya beli rumah Pak Bastian sih datangnya emang suka berdua terus sama Andra.

"Jangan-jangan, apa Ibunya Andra itu statusnya janda?" bisik Nina terselip nada ragu bercampur was was khawatir orang lain ada yang mendengar.

"Ssttt...enggak boleh sembarangan ngomong!"

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now