Part 17 I Risau

128 24 15
                                    

Sachi berangkat ke sekolah diantar Kakaknya. Ini salah satu kebetulan yang melegakan hatinya. Kebetulan karena hari ini Shano ada kegiatan konsinyering yang tempatnya searah dengan jalur Sachi ke sekolah. Dan kenapa melegakan hati? Sebab Sachi tidak perlu menunggu bus jemputan di depan rumah Andra.Sachi belum siap bertemu dia lagi. Permintaan Andra yang tidak masuk akal di malam itu, mendorong Sachi untuk terus berpikir dan menerka-nerka, kesalahan apa yang pernah diperbuatnya hingga makhluk aneh itu memberinya rasa asing yang belum dimengertinya. Tapi tolong..ini bukan perkara seperti yang pernah Nina simpulkan, bukan perasaan sejenis suka atau serumpunannya.Sama sekali Sachi meyakini perasaannya bukan condong ke sana. Sachi menyebutnya ini sejenis perasaan rumit yang membuka kesadarannya bahwa ada juga orang semodel itu di dunia, bersikap semau sendiri dan memaksa seseorang untuk mempunyai jatah stok sabar level superhero.

Egosentris kan dia? Maaf Sachi sedang ingin mengulang kata-kata itu lagi.

------

Tiba di depan gerbang SMA Harapan Bangsa, Sachi mengangkat tangan dan mengecek jam tangannya sudah pukul enam lewat dua puluh lima menit. Tadi sebelum berangkat,Sachi sudah mengirimkan pesan singkat pada Nina. Bersyukur dengan cepat Nina menanggapi, itu rasanya bagai satu isyarat positif bahwa dia akan menepati janjinya.

"Bi...enggak apa-apa kamu kepagian gini?" tanya Shano melirik adiknya yang tengah melepas safety beltnya.

Sachi menggeleng kecil." Enggak apa apa Kak, semalem udah janjian sama Nina juga. Nunggu di depan sana!"Sachi mengedikkan dagu ke sekitaran gerbang SMA Harapan Bangsa.

"Hmm...bakalan sering ketemu Andra dong!"

Sachi mendengkus pasrah." Bisa jadi. Aku turun ya Kak. Makasih udah dianterin." Sachi tersenyum tipis seraya menyalami punggung tangan Kakaknya.

"Tetep tenang ya Bi..." kode Shano menyiratkan spirit untuk adiknya.

Sachi mengangguk dua kali sembari dia berangsur turun dari kursi penumpang depan.

Kemudian setelah keduanya saling melambaikan tangan, mobil Shano pun melaju kembali meninggalkan Sachi yang kini sudah berdiri di depan gerbang sekolah.

------

Sachi membuang napas panjang sambil sesekali melirik jam tangannya lagi, rambutnya yang selalu dikepang dua seakan menjadi ciri khas sehingga dia mudah dikenali oleh teman-temannya.

"Hai Bi...! Nunggu Nina?" sapa teman sekelasnya yang kebetulan akan melewati Sachi.

"Eh iya nih Din."

"Udah tahu kan gedungnya?" tanya teman Sachi lainnya yang ada di samping Dina.

"Belum, tapi gampang nanti barengan sama Nina."

"Oh oke kalo gitu,  kita duluan ya," pamit kedua teman Sachi  seraya melambaikan tangan ke arahnya.

Sachi manggut-manggut, dia mulai skeptis pada janji Nina. Meski begitu, dia tetap menunggu dan mengalihkan lagi pandangannya  ke depan, berharap  bola matanya segera  menangkap sosok sahabatnya itu. Beberapa menit Sachi menunggu, mulai berdatangan lagi  para siswa laki-laki dan perempuan dari dua SMA yang berbeda. Meski motif seragam sekolah  terlihat hampir serupa, tapi dari segi atribut logo, keduanya memiliki warna primer yang tidak sama. Jika Pada SMA Lentera Bangsa mempunyai warna utama adalah warna biru, bermakna kemapanan dan kemandirian Berbeda halnya pada SMA Harapan Bangsa yang mempunyai warna utama adalah warna orange, bermakna keindahan dan kebahagiaan.

"Bi!!!!"Sachi menangkap teriakan satu suara dari kerumunan para siswa yang mulai berdatangan melewati dirinya. Dalam sekejap Sachi merasa lega saat mengamati seorang yang setengah berlari mendekatinya adalah Nina.

Meet You (Serendipity)Where stories live. Discover now