Act 004: Part 1

10 3 0
                                    

Mendekati Jessie tidak semudah yang Paman Ethan bayangkan. Satu sekolah, iya. Tapi Nick dan gadis itu tidak pernah satu kelas bahkan di kelas umum sekalipun. Nick pun heran dari mana Jessie bisa mengenalnya bahkan sampai menyukainya. Andai memungkinkan seharusnya misi ini diserahkan pada Ferus karena mereka sering bertemu di kelas seni. Jika Nick tiba-tiba mendekati Jessie padahal tidak pernah saling sapa pasti sangat aneh, karena Nick tahu alasan mengapa cewek itu tidak berani mendekati Nick. Semua orang juga paham Nick sengaja menjauhi siapa pun kecuali Ferus. Beberapa orang sampai membuat gosip mereka berpacaran dan itu yang membuat Ferus menggebu-gebu ingin segera punya pacar cewek. Lalu kembali pada Jessie, jika Nick langsung mendekatinya sekarang cewek itu pasti akan menaruh curiga.

Belum lagi jika apa yang dikatakan Paman Ethan benar mengenai perkumpulan labu tusuk ini adalah perkumpulan makhluk supernatural. Pasti Jessie adalah salah satunya. Status Nick sebagai Mata Merah—makhkuk tukang mengatur kehidupan orang—akan membuat Jessie sedikit risi. Ingat saja bagaimana Carl Raymond membenci Mata Merah dengan sepenuh jiwa. Bagaimana kalau ternyata Jessie adalah wendigo yang menyamar menjadi manusia dan ketika Nick salah tingkah dia akan membuatnya marah? Bisa-bisa Nick dijadikan bistik saus jamur untuk makan malam cewek itu.

Namun kembali seperti kata Ferus, Jessie menyukainya. Itu adalah kesempatan emas. Tinggal cari cara untuk menghubungkan mereka agar tidak terjadi kecurigaan, lalu mempermainkan perasaan cewek itu maka mereka akan sangat dekat. Dan sudah pasti cewek itu akan membongkar seluruh rahasia yang dia punya.

Saat makan siang di kantin, Nick dan Ferus berdiskusi tentang cara mendekati cewek itu.

"Nih, ya. Kalau aku jadi kamu, aku akan manfaatkan seluruh ketampananku untuk mencuri hatinya!" Ferus meletakkan susu kotak yang baru dia sedot ke meja dengan keras. "Tunggu, kamu sadar tidak, sih, banyak yang menyukai wajah prince charming-mu?"

"Kurasa itu ide buruk. Iya, kalau Jessie memang hanya menyukaiku dari tampang, tapi dengan modal tampang untuk meraih rahasia yang dia punya sama sekali tidak cukup. Dia harus benar-benar dekat denganku secara luar-dalam untuk sampai sepercaya itu."

Ferus pun bersiul, kedua alis tebalnya menaik. "Terdengar seperti sudah ada pengalaman, ya?"

"Tidak," kata Nick, kemudian menyuap kentang tumbuk dari piringnya. "Hal itu bukan berlaku hanya untuk pacaran, tapi pada segala jenis hubungan. Kamu sadar tidak bagaimana cara aku mendekatimu ketika aku baru diangkat keluargamu dua tahun lalu?"

"Err, dengan kentut di depanku? Aku ingat baunya seperti telur busuk."

Nick menyilangkan tangan di depan dada dan bersandar pada kursinya. "Tepat sekali. Aku mengajakmu untuk mengenaliku. Dan aku tahu waktu itu berat sekali rasanya harus berbagi kamar denganku, orang asing yang serta merta datang dalam kehidupanmu. Termasuk harus menahan kentut ketika aku di kamar. Tapi kalau aku yang mulai duluan membagikan kentutku, kamu pasti akan merasa tidak apa-apa kentut di depanku, 'kan? Dan di saat itulah akhirnya kamu berani terbuka denganku tentang berbagai hal."

Ferus termenung sesaat lalu mengangguk pelan. "Penjelasan itu terdengar bodoh, tapi masuk akal. Jadi rencanamu untuk mendekati Jessie adalah dengan kentut di depannya?"

"Tentu saja tidak, fetus. Dia itu cewek. Kamu harus memperlakukannya seperti putri, tapi jangan lupa putri juga bisa sesekali jelek di depanmu karena kamu adalah satu-satunya tempat pelariannya. Tapi yang jadi masalah sekarang adalah apa yang membuatku dan dia bisa memulai percakapan." Nick mengusap dagunya. "Sebenarnya, aku ingin kamu saja yang dekati dia. Selain karena kalian sekelas yang artinya setidaknya kalian punya relasi .... Tahulah, rasanya seperti membalapmu."

"Hei, hei. Tidak masalah." Ferus tertawa. "Jessie itu ibarat ceweknya semua cowok. Tidak ada yang tidak menyukainya kecuali kamu menyukai cowok."

"Maksudmu aku? Kalau iya aku sudah menciummu ketika tidur."

Eyes of the Damned [2018]Where stories live. Discover now