Act 010: Part 1

9 3 0
                                    

Menghabisi Gerald cukup mudah bagi Paman Peri. Yuka tidak ingin melihat bagaimana cara Paman Peri mengurusinya sehingga dia meminta Paman Peri untuk mengambil alih seluruh kesadarannya. Pada saat ini dia sudah tidak peduli apakah Paman Peri akan menggila karena akhirnya mendapatkan kontrol penuh atas tubuhnya di khalayak umum, dan bagaimana konsekuensinya nanti ketika Yuka harus menjelaskan pada ayahnya, tapi justru begitu Yuka disadarkan oleh Paman Peri, mereka sudah berada di sebuah hutan di pegunungan. Sebuah bukaan lebar dipenuhi daun kering membatasi mereka dengan kabin antah berantah.

Kabin tersebut terlihat seperti tempat pelarian para remaja begitu musim panas tiba. Banyak benda-benda bertema liburan seperti beberapa sepeda gunung yang terparkir di depan teras. Di halaman depan terdapat tanah bekas api unggun yang tampaknya masih segar sehabis dipakai kemarin. Ada pula kursi-kursi yang diletakkan di teras, menghadap pada sinar matahari pagi menjelang siang yang tertutup dedaunan lebat.

Siapa pun tidak akan mengira kabin ini adalah tempat penyanderaan. Yuka baru ingat itu ketika mendapati terdapat sebuah mobil van yang kadang dianggap sebagai mobil penculik.

Kabin itu dipenuhi makhluk berbahaya. Lima iblis dan satu vampir. Kuserahkan kembali padamu, tapi jika kamu membutuhkan pertolonganku untuk membantai, silakan langsung panggil.

Yuka memikirkan sebuah rencana apa yang bagus untuk menyelinap ke dalam. Dia tak bisa berhenti membayangkan Ferus yang nelangsa dikurung di sana sambil harap-harap cemas ada yang menolongnya.

Tangannya memegang dagu, berpikir keras. Matanya seakan fokus ke tanah yang dipenuhi daun kering walau isi kepalanya entah berkelana ke mana. Namun setelah berpikir cukup panjang akhirnya pikirannya kosong, hanya tertuju pada setumpuk daun kering di bawah sepatunya.

Daun kering ..., Yuka membatin.

Sebuah ide pun melejit dalam benaknya.

Paman Peri, aku butuh bantuan kecil!

***

Sejak kepergian Sam, tidak ada yang dibicarakan antara Nick dan Ferus. Keduanya masih syok dengan apa yang terjadi saat ini.

Setidaknya keadaan tidak seburuk ketika dia diculik keluarga penyihir. Ingatan tentang betapa manis sekali keluarga itu menyambut Nick serta kedua temannya yang masih polos semasa kecil sangat jelas. Tanpa mereka sadari keluarga penyihir tersebut memberi mereka makan sampai bertambah gemuk, yang pada tujuan akhirnya adalah demi melahap anak manusia yang sehat dan menggiurkan. Ketika itu sudah terpenuhi keakraban mereka pun berubah menjadi tragedi traumatis. Dan jika dibandingkan bagaimana Sam menyiksanya, itu sama sekali tidak ada apa-apanya. Walau tak dapat dibohongi injakan Sam yang berkali-kali dihantamkan pada dadanya masih terasa menyakitkan.

Lalu Nick melirik Ferus dari bawah tubuhnya dan membandingkan posisi mereka. Posisi Nick saat ini cukup menggelikan; berbaring di tengah ruangan yang menimbulkan perasaan canggung, sedangkan Ferus masih dengan posisi nyaman bersandar pada dinding. Anak itu duduk berselonjor menatap ujung sepatunya tetapi kesadarannya entah melambung ke mana. Kaki kurus panjangnya itu menghadap pada tubuh Nick yang terkulai tak berdaya.

Prihatin dengan Ferus, Nick mengajaknya berbicara. "Menurutmu, Nenek masak apa hari ini?" tanya Nick, menatap langit-langit yang bisu.

"Mungkin enchilada," jawab Ferus terlampau singkat.

"Tidak mungkin. Dia tidak akan masak masakan seperti itu tanpamu di rumah."

"Benar juga. Bagaimana dengan Kakek? Menurutmu dia sedang apa?"

Sebuah bayangan muncul di benak Nick. Meskipun sudah tua dan tidak bisa bicara, tapi dengan tubuhnya yang besar dengan kulit kecokelatan terlapisi oleh minyak terlihat gagah mengutak-atik sesuatu di bawah mobil. Pria tua itu tengah sibuk melaksanakan ambisinya di bengkel mobil tercinta. "Seperti biasa, dengan keren mengerjakan pekerjaannya di bengkel."

Eyes of the Damned [2018]Where stories live. Discover now