Act 009: Part 1

10 2 0
                                    

Seakan saat ini matahari sedang tersenyum cerah kepadanya, lalu bunga bermekaran di sekitarnya, Yuka bangun pagi dengan semangat luar biasa hebat.

Alasannya tak lain adalah karena Yuka akan diantar ke rumah Nick pagi-pagi selagi sopir pribadi Ayah akan mengantarkan pria itu ke markas DHS di kompleks Korporasi Mata Merah. Yuka juga membawa sponge cake vanila yang sudah disiapkan Brownie di dapur. Makanan yang sejak pagi buta dibuatkan Brownie secara ajaib tetap bertahan dalam kondisi seperti baru selesai dimasak hingga seseorang menyentuhnya. Sehingga tidak ada perubahan suhu ataupun tekstur makanan. Walau tidak pernah bertemu dengan Brownie, Yuka sangat sayang kepadanya.

Yuka pun turun di depan rumah Nick. Ayahnya memberikan kecupan singkat pada kening anaknya dan berkata, "Kalau kamu sudah mau pulang telepon Jason saja, ya."

Jason adalah sopir mereka, seorang pemuda yang putus sekolah perguruan tinggi dan memutuskan untuk mengabdi pada Ayah sejak dua tahun lalu. Pemuda itu pun tersenyum sopan pada Yuka.

"Oke!" jawab Yuka.

Ayah menaikkan kaca mobil, bersamaan dengan itu mobil juga melaju pergi. Lalu Yuka menaiki undakan rumah, menekan bel pintu rumah sekali.

Selang beberapa menit tidak ada jawaban dari dalam, padahal ini masih pukul delapan pagi. Seharusnya Nick dan Ferus belum berangkat sekolah. Yuka tidak percaya anak-anak seperti mereka serajin itu. Lagi pula ada Nenek juga yang bisa membukakan pintu.

Sekali lagi Yuka menekan bel pintu rumah, dan tepat pada saat itu akhirnya Ferus membukakan pintu. Terkejut menemukan tamunya adalah Yuka. Sementara itu di belakang Ferus ada Nenek yang ikut tersenyum pada Yuka.

Tiba-tiba saja Yuka menjadi gugup. Dia pun mengangkat keranjang piknik yang berada dalam genggaman dua tangannya. "H-halo, Ferus dan Nenek. Aku membawakan kue untuk kalian."

Ferus pun menerima keranjang tersebut. "Oh, terima kasih banyak, Yuka! Apa kamu mau masuk dulu?"

"Boleh. Kamu sudah mau berangkat sekolah? Oh, iya. Nick di mana?" tanya Yuka penasaran.

"Err." Ferus sekilas melirik pada Nenek yang mengambil beberapa langkah maju, lalu mengambil keranjang yang masih dipegang Ferus.

"Bukannya Nick sedang berada di rumahmu, ya? Atau kamu tidak tinggal bersama Ethan?" Entah mengapa Nenek mengerutkan dahi dan menatap curiga pada Yuka, seolah Yuka telah berbuat salah padanya.

"Eh?" Yuka jadi kebingungan. "Siapa yang bilang begitu?"

"I-itu ...." Ferus berusaha menyela mereka.

Namun perhatian Ferus segera teralihkan pada sesuatu di belakang Yuka, begitu pun dengan Nenek. Karena itu Yuka ikut melihat ke belakang, mendapati ada tiga orang anak laki-laki berdiri di depan anak tangga paling dasar.

"Yo, Ferus!" Salah satunya menyapa. Rambutnya panjang dicepol di atas kepala, tangannya terangkat tinggi-tinggi.

"Sam ...?" Ferus pun bergidik.

Sam tidak menunggu Ferus menjawab. "Aku disuruh Nick untuk menjemputmu di rumah. Katanya dia sedang ada urusan. Kamu tidak bisa berangkat sendiri kalau dia tidak ada, 'kan? Tahulah, masalah orang yang Diberkati."

Mulanya Yuka pikir Sam memang teman Ferus, dan mungkin Nick sedang ada urusan dengan perempuan yang kemarin Nick kencani sehingga dia tidak di rumah--yang menjadi alasan Ferus berbohong pada Nenek bahwa Nick ada di rumah ayah Yuka. Hanya saja reaksi Ferus begitu melihat Sam sangat janggal. Sama sekali tidak ada aura persahabatan di antara mereka. Yuka menjadi curiga sesuatu sedang terjadi pada Nick, dan saat ini Ferus sedang dalam bahaya.

"Nah, itu temanmu sudah menjemput." Nenek mendorong Ferus sampai anak itu keluar dari batas bagian dalam rumah menuju undakan. "Jangan pakai alasan tidak ada Nick tidak sekolah lagi. Berangkat, sana."

Eyes of the Damned [2018]Where stories live. Discover now