Act 006: Part 2

13 3 0
                                    

Sebisa mungkin Nick bertingkah tidak terjadi apa pun supaya tidak mengusik Jessie. Nick sendiri ingin fokus pada film, tapi bagaimana mungkin bisa jika dia mendapati ada gadis kecil—maksudnya, gadis berbadan kecil—membuntutinya seperti penguntit andal. Atau tidak begitu penguntit juga, karena pertama Nick menyebutkan lokasinya sekarang berada di mana. Lalu kedua, dia menyebutkan film yang akan dia tonton.

Pusing-pusing memikirkan itu, intinya sekarang Yuka bertindak sama sekali tidak sopan. Lagi pula bukannya dia sangat diawasi sehingga tidak bisa keluar dari rumah?

Walau pada akhirnya Yuka sama sekali tidak mengganggunya. Bahkan gadis itu lebih serius menonton film daripada Nick yang sedari tadi gelisah. Begitu konflik dalam film mulai terungkap dia tidak menangkap inti masalahnya padahal film blockbuster seperti ini sangat mudah dicerna bagi usia berapa pun. Anak kecil saja ikut heboh menontonnya. Untung saja rencananya memang Nick akan menonton dua kali, tapi bersama Ferus.

Selesai menonton, Yuka sengaja mengambil jalur sebelah kiri untuk keluar agar berpisah dari Nick dan Jessie yang mengambil jalur sebelah kanan. Begitu keluar dari studio, Nick segera mendorong punggung Jessie untuk mengikutinya cepat pergi dari bioskop dan menghilang ditelan kerumunan.

Hal itu sia-sia saja. Baru saja Nick duduk bersama Jessie saling berhadapan, rupanya tak jauh di depan mereka Yuka datang dan duduk mengarah pada Nick. Jika begini jadinya Nick jadi ingin cepat-cepat pulang dan merencanakan pergi bersama Jessie di hari lain. Dan dia bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak membalas pesan Yuka lagi. Bahkan memblokir kontaknya.

"Untuk makan-makan ini aku yang bayar, ya," Jessie tiba-tiba berkata setelah mereka selesai memesan, menarik perhatian Nick yang sejak tadi menyipitkan mata dengan sinis pada Yuka.

"Oh, bolehkah?" tanya Nick, meminum teh hijau pahit yang sudah diantarkan oleh pelayan.

"Ya." Jessie menyandarkan dagu pada kedua tangannya. "Hari ini aku sedang sangat senang. Terima kasih karena mengajakku jalan-jalan, ya. Kamu sama sekali tidak terganggu denganku, 'kan?"

Pertanyaan aneh pikir Nick, tapi setelah didalami lagi wajar Jessie bertanya seperti itu. Jessie pasti takut kalau-kalau dia bersikap keliru yang menyebabkan Nick tidak ingin berteman dengannya lagi. Tentu saja Jessie jauh dari itu, dibandingkan gadis satunya yang sedang memesan makanan di depan sana.

"Berteman denganmu seru juga, kok. Kapan-kapan kalau mau kita jalan-jalan lagi. Mungkin bisa ajak Ferus kalau kamu tidak keberatan," kata Nick.

"Boleh. Lebih banyak akan lebih seru," ujar Jessie, tersenyum lebar.

Tak lama makanan mereka datang. Sushi adalah makanan yang cocok untuk bertukar pendapat dan saling berbagi. Seperti kata Jessie, dia tidak suka sushi mentah. Sementara Nick tidak suka sushi berbumbu pedas. Yang satu teksturnya lembut sekali, sedangkan yang satunya ada taburan renyah yang menjadikannya seimbang dengan ikan mentah. Melupakan Yuka, Nick benar-benar puas menghabiskan waktu bersama Jessie. Sekarang dia sangat yakin mengapa banyak orang menyukai Jessie.

Terakhir, pesanan untuk Ferus datang. Sementara Yuka di seberang sana juga sudah menyelesaikan makanannya, sibuk bermain ponsel. Rasanya Nick ingin melaporkan anak itu pada Paman Ethan, tapi jika Yuka memang menginginkan kebebasan, harusnya melihatnya di sini jalan-jalan sendirian di tempat aman bukan menjadi suatu masalah. Dipikir-pikir lagi Nick jadi ingat akan Ferus yang selama ini diwajibkan langsung pulang sehabis sekolah untuk belajar. Ferus hanya punya jatah hari Sabtu dan Minggu. Karena itu Nick jadi mengajaknya pergi dan akan bertanggung jawab jika Ferus kena marah. Mungkin Yuka juga membutuhkan kesempatan itu.

"Pulang?" Nick bertanya pada Jessie.

Jessie sedang termenung. Atau kekenyangan sampai membuatnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tapi dia segera sadar begitu diajak bicara. "Ah, iya. Tapi ...."

Eyes of the Damned [2018]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang